MEDAN, iNewsMedan.id— Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengatasi malaria, dengan peringkat kedua setelah India dalam jumlah kasus malaria di kawasan Asia Tenggara, mencakup hampir 94% dari seluruh kasus malaria di wilayah tersebut. Masalah malaria tetap menjadi isu kesehatan masyarakat yang mendalam, meski situasi ini menunjukkan kemajuan di sejumlah daerah.
Dalam pemaparannya mengenai Strategi dan Kebijakan Nasional Eliminasi Malaria 2030, Dr. Ina Agustina Isturini, MKM, Direktur Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular menyampaikan, fakta bahwa sebanyak 401 kabupaten/kota di Indonesia telah mencapai status bebas malaria. Namun, tantangan terbesar masih terletak di beberapa daerah endemis tinggi, terutama di Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mencatatkan angka kasus tertinggi.
"Di Papua, sekitar 93% kasus malaria di Indonesia ditemukan. Hal ini menunjukkan beban yang sangat berat di wilayah tersebut," ungkap Ina dalam webinar dengan tema 'Malaria Berakhir Bersama Kita: Kolaborasi Sumut untuk Eliminasi 2030', Jumat (25/4/2025).
Strategi malaria tahun 2016-2023, sambung Ina, ditetapkan parameter terukur untuk mencapai target eliminasi tersebut. Jadi ada empat yang dituju, yaitu menurunkan angka kematian malaria, strategi yang ditetapkan dalam usaha eliminasi ini termasuk yang pertama ialah menjamin akses universal terhadap pencegahan diagnosis dan pengobatan, mempercepat upaya menuju eliminasi dan pencapaian status bebas malaria dan survei malaria itu harus diperkuat yang menyebabkan survei lancar.
"Ini harus menjadi intervensi utama karena kalau malarianya tidak terdeteksi tidak bisa diobati dan individu yang terinfeksi akan terus menyebabkan transmisi di dalam lingkungan sehingga kontrol akan menjadi sulit," tandasnya.
Salah satu tantangan utama adalah penemuan kasus malaria yang masih rendah. Hanya sekitar 54% dari kasus yang diperkirakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berhasil terdeteksi pada 2024. Angka kematian akibat malaria juga menjadi perhatian serius, dengan 125 kematian tercatat pada 2024 hingga April. Angka ini masih jauh di bawah perkiraan WHO yang menyatakan seharusnya ada antara 1.600 hingga 5.800 kematian.
"Selama dua tahun terakhir, kami sudah melakukan evaluasi untuk meningkatkan pencatatan kematian akibat malaria, yang sering terabaikan karena dianggap disebabkan oleh komplikasi lain seperti gagal ginjal atau penyakit hati," kata dr. Ina.
Editor : Ismail
Artikel Terkait