Para dekan dan pegawai yang mencoba menerobos masuk diadang oleh sekuriti yang bersikeras menjalankan perintah 'pimpinan'. Pintu akses utama di gedung biro rektor ditutup total. Bahkan, Wakil Rektor I Besti Rohana Simbolon, Wakil Rektor II Dr. Jonner L. Gaol, dan Wakil Rektor III Zulkarnain Nasution mencoba masuk melalui pintu samping antar gedung biro rektor dan pascasarjana, namun pintu tersebut juga terkunci.
Tak hanya itu, aliran listrik di gedung utama biro rektor juga dipadamkan, memaksa puluhan dosen, staf, dan pegawai yang menunggu di aula dan lobi utama untuk keluar.
Dr. Lilis S. Gultom mengaku, ia bersama jajarannya telah mendatangi seluruh fakultas, namun kondisi serupa juga ditemukan di mana ruang dekan seluruh fakultas digembok. Setelah menunggu lebih kurang dua jam tanpa diperbolehkan masuk, salah seorang ahli waris pendiri UDA, Gomgom TP Siregar, yang merupakan cucu mendiang DR. TD Pardede, datang menemui Lilis S. Gultom.
Bersama rombongan, Gomgom Siregar mencoba masuk ke kampus yang didirikan pada 11 Desember 1957 itu. Namun, seorang pegawai perempuan di ruang Wakil Rektor II berusaha mencegah dan melarang Gomgom Siregar masuk, dengan alasan "Bapak kan bukan ahli waris, jadi gak ada hak bapak untuk masuk kemari," serta "tanpa persetujuan ketua Yayasan kami tidak ada yang boleh masuk," ucapnya.
Pernyataan ini sontak memicu reaksi dari puluhan staf yang berteriak mempertanyakan apakah pegawai tersebut tidak mengetahui Gomgom adalah cucu pendiri. Untuk menghindari keributan yang lebih besar, Rektor Lilis S. Gultom dan Gomgom Siregar meminta seluruh pegawai dan rombongan untuk kembali pulang. Akhirnya, seluruh pihak meninggalkan gedung Biro Rektor UDA.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait