Adam menyanggupi dan Aku memaafkan Nya. Kepada Iblis aku katakan, aku memberikan janji Ku, ia akan hidup sampai kiamat tiba, membujuk anak cucu Adam sebagaimana keberhasilannya di surga. Sementara Adam berjanji pada Ku, akan membunuh Iblis di dunia, untuk membuktikan Janji Ku, dia pantas disembah oleh Iblis dan malaikat, dan akan membuat Ku bangga. Hidup ini adalah pertarungan dan pertaruhan kedua.
Sebuah panggung sandiwara yang pemain nya sudah ditentukan, naskah sudah di tulis dan pemeran utamanya adalah manusia. Anak cucu Adam mendapatkan peran dan naskah lakon yang sudah ditulis sebelum mereka dilahirkan. Barang siapa yang sabar dan bersyukur atas peran itu, mereka akan selamat. Barang siapa mendayagunakan akal dan hati untuk berkreasi dengan mengikuti Iblis ia akan celaka. Barang siapa menggunakan daya cipta yang aku anugerah untuk menemukan Ku, memerankan peran dengan sepenuh hati, maka ia akan ku angkat sebagai kekasih Ku
Bumi itu, laksana ruang ujian besar dengan soal berbeda beda tiap-tiap murid. Pengawas ujian namanya malaikat, dan pembuat soal serta kunci jawaban adalah Aku. Iblis tak pernah bisa tahu mana jawaban yang benar. Ia lantas menyaru seperti malaikat pengawas yang memberikan contekan. Murid yang tersesat adalah yang mengaku jawabannya paling benar.
Kunci jawaban paling benar akan Ku umumkan nanti, setelah kiamat tiba. Aku kirimkan para nabi dan wali yang tak abadi sebagai wakil Ku untuk memberikan bimbingan, agar tak terbujuk rayu pada bisikan iblis. Mereka kekasih Ku, adalah manusia manusia pilihan yang bersedia mengorbankan dirinya untuk Ku. Maka Aku dan Malaikat memberikan petunjuk untuk mengerjakan soal ujian. Bersabarlah, kalian semua adalah MURID.
Aku terkesima mendengar jawaban Nya. Aku besujud dan memohon ampun setelah mengetahui aku pada mulanya adalah Iblis.
Aku turun dari kamar ku, ke Masjid bawah, dan membaur dengan mereka. Aku memohon untuk diizinkan berdiam diri disini saja. Ini adalah hari senin, tanggal kedua satu, Ramadhan 2024.
Sahabat ku, Pendeta Raja yang kemarin malam ku telepon akhirnya mengangkat setelah beberapa kali panggilan. Aku mau berhutang lagi padanya, untuk bekal puasa. Ia, katanya sedang beribadah Paskah, sebuah kemenangan bagi Yesus dalam liturgi Kristiani. Ia bukannya tidak mau meminjami seperti sebelumnya, ia mengatakan gajinya sudah tidak dibayarkan majikannya yang muslim beberapa bulan. Aku mengerti.
Aku ingat, dua hari sebelumnya adalah tanggal 29 Maret kalender masehi 2024. Itu adalah Jumat Agung, dimana sahabat ku itu merayakan wafatnya Isa Al Masih. Aku ingat itulah janji dan kesepakatan yang pernah ku buat untuk menikah pujaan hati ku, dengan nikah siri yang diwakilkan. Hari Jumat adalah hari baik, dan itu tanggal 29, sama dengan usia kekasihku.
Dia mengatakan pada Ku, cinta Ku padanya telah direstuinya. Kehendak ku dan kehendak Nya sama, dia adalah jodoh ku kedua, pengganti Saidatul yang meninggal. Sebelum aku pergi, aku menulis sebuah surat kuasa pada sahabat ku ustadz Arif untuk pergi menemui kekasih ku dan keluarga di timur Jakarta. Melamarnya, sekaligus menikahi nya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait