ILMU KALIJAGA,
Waringin Sungsang/Pohon Yang Terbalik
Para Nabi adalah yang bisa menemukan Tuhannya dengan akal dan hati
Para Wali adalah yang bisa menemukan Tuhannya dengan hati
Para Arif adalah yang bisa menemukan Tuhannya dengan akal.
Para Fuqaha adalah yang menemukan Tuhannya dengan setengah akal dan setengah hati.
Para awwam adalah yang menemukan Tuhannya dari mereka semua
PADA waktu itu, waktu permulaan segalanya. Aku, katanya pada ku, memiliki keinginan, dalam keinginan ada sepasang yakni kebaikan dan keburukan. Dengannya Aku ingin dikenal. Dengan keinginan itu, Aku ciptakan kehendak.
Mengapa kau ingin dikenal? Tanya ku.
Karena Aku sendiri, kesendirian itu adalah kesengsaraan, penderitaan tak berujung, sebuah kematian. Ia adalah kegelapan, bukan hitam tapi gelap. Maka ku ciptakan keinginan, dan keinginan adalah niat. Niat itu, baik dan buruk menyerupa menjadi satu, samar seperti kabut.
Lalu?
Mereka berebutan untuk menghibur Ku. Mereka melebur seperti kabut pagi. Aku tak bisa ditipu. Aku tahu siapa mereka, karena Aku yang menciptakannya. Niat baik itu mengental menjadi warna putih, sementara niat buruk menjadi warna hitam.
Lalu?
Warna putih itu adalah bagian dari hitam, ia menjadi malaikat. Dan warna hitam menjadi iblis. Mereka adalah makhluk yang ku cintai. Malaikat menghibur ku karena ketaatan tak bersyarat dan Iblis dengan kecerdasan yang kekaguman. Iblis adalah kakak yang ku banggakan sementara malaikat adalah adik yang selalu patuh padanya.
Lalu?
Tapi semua itu membosankan. Mereka seperti benda mati, tidak ada kehidupan. Inti kehidupan adalah mencipta, dan itu membutuhkan imajinasi, dan imajinasi membutuhkan kreativitas tak terbatas. Dan itu Aku, tidak ada yang bisa menciptakan kecuali Aku.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait