Semua upaya Neda ternyata sia-sia. Setahun kemudian dia bertemu seorang pria yang hendak menikahinya. Tapi ketika mereka berhubungan seks, Neda tidak berdarah. Prosedur perbaikan selaput dara yang dia jalani, gagal.
"Pacar saya menuduh saya mencoba menipu dia agar menikah. Dia menuduh saya berbohong dan dia meninggalkan saya,” ungkapnya.
Meski WHO mengecam tes keperawanan sebagai sesuatu yang tidak etis dan kurang landasan ilmiah, praktiknya masih berlangsung di sejumlah negara,. Termasuk di Indonesia, Irak, dan Turki.
Organisasi Medis Iran menekankan bahwa mereka hanya menjalankan tes keperawanan dalam kondisi spesifik—seperti kasus pengadilan dan tuduhan pemerkosaan.
Meski demikian, sebagian besar permintaan sertifikat keperawanan masih berasal dari para pasangan yang berencana menikah. Para pasangan itu kemudian mendatangi klinik swasta—bahkan dalam banyak kasus didampingi ibu mereka.
Dalam proses tersebut, seorang dokter ginekologi atau bidan akan melakukan tes dan merilis sertifikat berisi nama lengkap perempuan, nama ayahnya, nomor induk kependudukan, dan kadang kala disertai foto sang perempuan.
Status selaput daranya akan tertera pada sertifikat tersebut disertai pernyataan: "Gadis ini tampaknya adalah perawan".
Di keluarga-keluarga yang lebih konservatif, sertifikat akan ditandatangani dua saksi—biasanya kedua ibu masing-masing calon mempelai.
Dr Fariba adalah salah satu dokter yang merilis sertifikat keperawanan selama bertahun-tahun. Dia mengakui tes keperawanan adalah praktik yang memalukan bagi perempuan, namun dia meyakini bahwa sejatinya dia membantu banyak perempuan.
"Mereka berada dalam tekanan berat dari keluarga. Kadang kala saya berbohong secara verbal demi pasangan. Jika mereka telah tidur bersama dan ingin menikah, Saya akan mengatakan di depan keluarga mereka bahwa perempuan ini adalah perawan,” terangnya.
Praktik tes keperawanan tetap berlangsung karena bagi banyak pria, menikahi seorang perawan adalah sesuatu yang fundamental.
"Jika seorang perempuan kehilangan keperawanannya sebelum menikah, dia tidak bisa dipercaya. Dia mungkin meninggalkan suaminya demi pria lain," kata Ali, seorang teknisi listrik, 34, dari Shiraz.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait