PhD of Public Health Student Central South University Cina, Surotul Ilmiyah,SKM, MKM menyatakan menurut KPAI 2015 bahwa di Indonesia terdapat 13.000 anak secara aktif mengakses internet dan rentan menjadi korban prostitusi online.
Menurut survey Yayasan Kita dan Buah Hati 67% dari 2.818 siswa kelas 4-6 SD pernah mengakses informasi porno. Presentase pornografi ditemukan yakni 24% di komik, 22% di internet, 17% permainan, 12% di film/TV, 6% di gadget, 6% majalah, 5% koran, dan 8% di lain-lainnya.
“Kecanduan pornografi dapat memberikan dampak tidak baik pada anak, remaja, dan orang dewasa. Pada anak mulai dari kerusakan sel-sel otak, gangguan emosi dan mental, hingga kehilangan masa depan. Pada remaja dapat menyebabkan kerusakan otak, kecanduan, keinginan untuk mencoba dan meniru, sehingga dikhawatirkan mulai melakukan tindakan seksual, dan dapat merusak mental," bebernya.
Lanjutnya pada dewasa mengakibatkan sulit terangsang tanpa pornografi, hehilangan minat dalam berhubungan seks dengan pasangan, menginginkan aktivitas seksual yang menyimpang, menurunnya kedekatan emosional dengan pasangan.
"Dan tidak fokus dalam bekerja serta aktivitas sehari-hari terganggu,” tutur Surotul.
Tanda-tanda seseorang kecanduan terhadap pornografi adalah tampak gugup apabila ada yang mengajaknya berkomunikasi, tidak tertarik untuk melakukan aktivitas lain, senang menyendiri terutama di kamarnya, enggan belajar dan bergaul, tidak mau lepas dari gawainya, berhenti melakukan hal-hal yang sebelumnya disukai, serta sulit berhenti menonton konten pornografi.
Begitu besar dampak yang ditimbulkan akibat kecanduan pornografi sehingga diperlukan pencegahan terutama di media digital. Beberapa jalur aduan mengenai konten yang menyimpang salah satunya seperti pornografi yakni melalui webside ke aduankonten.id, email bias ke aduankonten@mail.kominfo.go.id, whatapps 081199224545, twitter @aduankonten, melalui aplikasi Qlue, istagram @misslambehoaks.
Editor : Ismail
Artikel Terkait