"Maka, seperti orang mengatakan bahwa filosofi lumpur itu tidak baik, tidak mulia ataupun suatu yang hina atau yang rendah. Tetapi sesuatu yang tinggal di lumpur itu juga bisa memberikan sesuatu yang indah bagi yang lainnya. Bahkan ada yang di tempat mulia pun belum tentu indah," ujarnya.
Menurut Tuwan Imam, patung naga dan ular kobra yang ada di Kampung Matfa itu memiliki pandangan yang yang bermacam-macam jika orang atau tamu yang melihatnya.
Warga Kampung Matfa. (Foto: Jafar/iNewsMedan)
"Jadi itulah memang, bermacam-macam pandangan orang tentang patung naga dalam agama. Ada yang bilang musrik ada yang bilang haram itulah bagaimana kita memandangnya. Karena membuat patung itu bukan untuk disembah ada filosofi yang ditunjukkan," katanya.
"Jadi kalau patung itu sebuah kesesatan berarti kita ini tinggal nunggu yang sesat, karena di Indonesia ini juga tidak lepas dari patung-patung. Banyak sekali patung-patung di Indonesia ini," sambungnya.
Kata Tuwan Imam, kalau kita bicara patung material dari pada patung itu itu dua yakni kayu dan batu. Jadi kita punya rumah juga bergabung dari pada kayu dan batu.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait