Pandangan matanya lalu tertuju pada pemandangan yang selama ini dianggap biasa yakni limbah pertanian yang berserakan di sekitar desa, tungkul jagung yang dibiarkan membusuk di ladang, sekam padi yang menumpuk di lumbung, dedak yang tak termanfaatkan, hingga tetesan manis molase dari pabrik gula. Di mata Supono, ini bukan sampah, ini adalah potensi. Ia pun mulai bereksperimen.
Tungkul jagung digiling halus, diracik dengan rumput segar, daun sawit, dan bahan-bahan lain seperti EM4 prebiotik untuk memperkaya kandungan nutrisi. Hasilnya adalah pakan ternak yang tidak hanya hemat biaya, tetapi juga bernutrisi tinggi. Dengan pendekatan inovatif ini, BUMDes Bangun Mandiri mampu mengurangi ketergantungan terhadap pakan komersial dari luar desa, sekaligus mengubah limbah menjadi sumber daya berharga bagi kesejahteraan peternak lokal.
Tak hanya itu, ia menggandeng kampus-kampus seperti USU untuk mendukung dari sisi teknologi dan riset. Dari situlah kemudian lahir pengabdian masyarakat yang menjangkau kelompok tani dan peternak. Mesin-mesin produksi sudah siap. Produk pakan telah diujicoba dengan hasil yang baik. "Saat ini, sedang menyiapkan legalitas untuk bisa memproduksi dan memasarkan secara resmi," ungkapnya.
Langkah besar ini tidak lahir tiba-tiba. Sejak 2018, Supono dan timnya sudah mulai berinovasi. Mereka mencoba membudidayakan maggot dan cacing sebagai sumber protein pakan. Meski kandungan nutrisinya tinggi, secara ekonomi sulit dipertahankan karena bahan bakunya sulit diperoleh secara konsisten.
BUMDes Bangun Mandiri sendiri resmi berdiri pada 23 Desember 2015, dimulai dari kesepakatan simpan pinjam. Modal awalnya kecil, sehingga sulit memberi pinjaman dalam jumlah besar ke masyarakat. “Apalagi masyarakat menganggap ini dana pemerintah, jadi merasa tak perlu dikembalikan,” kata Supono. Jalan keluar pun ditemukan yakni buka usaha mandiri yang sesuai dengan potensi desa, dan itu adalah peternakan.
Supono punya mimpi besar, membangun industri pakan yang tak hanya memenuhi kebutuhan BUMDes, tapi juga masyarakat satu kecamatan. "Selama ini, banyak warga yang membeli pakan dari luar daerah. Jika produksi bisa dilakukan di Bekiung, tentu akan jauh lebih efisien," jelasnya.
Kerja keras itu perlahan membuahkan hasil. Saat mengikuti lomba Desa BRIlian pada 2021, Melalui Bumdes.id yang bekerja sama dengan BRI pusat pada tahun 2021, dengan mengumpulkan para pelaku BUMDes seluruh indonesia, Supono yang tergabung dalam grup tersebut mengikuti kompetisi ini dengan syarat diketahui administrasi bahwa BUMDes Bangun Mandiri Bekiung dengan pemerintah desa yang saling bersinergi.
Editor : Chris
Artikel Terkait