JAKARTA - Panglima Kepolisian Jenderal Soetjipto Joedodihardjo beserta rombongan yang berjumlah 3 mobil meninggalkan Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma menuju Istana Bogor pada Jumat, 23.30. Di mana, Panglima berada di mobil pertama yang berangkat pada malam tersebut.
Di belakangnya menyusul mobil biru bernomor B-3739, dinaiki Presiden Soekarno, Wakil Perdana Menteri Dr Leimena, dan Kolonel Bambang Widjanarko. Kendaraan paling akhir membawa Komandan Resimen Cakrabirawa Brigadir. Jenderal Mochamad Sabur dan wakilnya, Kolonel Maulwi Saelan.
Waktu itu, tepat setengah jam sebelum ultimatum Soeharto. Bambang menyampaikan agar Soekarno meninggalkan Halim. Pada siangnya, Bambang datang menemui Soeharto di Markas Kostrad. Sejatinya, kedatangan Bambang itu untuk mencari Mayor Jenderal Pranoto Reksosamodro, Asisten III Panglima Angkatan Darat.
Dikutip dari buku Sarwo Edhie dan Misteri 1965, saat rapat di Halim, yang dihadiri beberapa petinggi negara, Soeharto menolak keputusan yang menyatakan bahwa Pranoto diangkat sebagai pejabat Panglima Angkatan Darat.
Pada saat bersamaan, Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo menunggu perintah di Markas Kostrad dengan perasaan gelisah. Sebab, Soeharto belum memutuskan waktu penyerangan. Akhirnya, Sarwo memaksa masuk ruang Panglima. Di dalam sudah ada Menteri Koordinator Pertahanan Jenderal Abdul Haris Nasution.
Editor : Odi Siregar