MEDAN, iNewsMedan.id- Diabetes bukan hanya dialami orang yang sudah berusia lanjut. Remaja ataupun anak muda juga bisa terkena diabetes.
Demikian disampaikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Ratna Tri Riskiana, M.Ked (PD), SpPD dalam workshop bertema Pengenalan Ilmu Penyakit Dalam dan Pemeriksaan Kesehatan yang digelar The Clinic Beautylosophy Medan, Jalan Sekip, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Rabu (8/3).
Menurut dr Ratna, hal itu lah yang menjadikan diabetes melitus disebut sebagai ibu dari segala penyakit
“Persentasenya, urutan penyakit lebih banyak hipertensi. Tapi, diabetes melitus itu ibu dari segala penyakit. Di Indonesia, hipertensi sekitar 13,4 persen, dan diabetes 8,6 persen,” kata dr. Ratna.
Dia menyebutkan kalau di The Clinic atau rumah sakit, yang paling banyak adalah diabetes melitus. Mengenai jumlahnya, jika ada 100 orang, maka 70 orang terkena diabetes.
“Jumlah itu, baik di sini maupun di Sumut. Lebih banyak keluhannya gula, jadi hipertensi lebih sering diabaikan. Ketahuannya setelah kena diabetes. Mungkin keluhan awalnya lemas, sering ngantuk, baru periksa,” ucapnya.
Dari jumlah tersebut, jelas dr. Ratna, rentang usia paling banyak yang ditangani di atas 40 tahun. Sedangkan di atas usia 45 tahun paling sering ketahuan terkena diabetes melitus.
“Tapi, untuk sekarang, di tahun 2023 (Januari-Maret), usia muda juga mulai banyak yang kena diabetes. Di bawah 26 dan 30 tahun sudah ada. Tapi, paling banyak usia di atas 45 tahun,” sebutnya.
Untuk jenis kelamin, paling banyak penderita diabetes melitus adalah perempuan. Menurut dr. Ratna, perempuan dipengaruhi sama hormon, karena hormon bisa mengganggu ke pola makan, minum, dan segala macam.
“Nah, begitu terganggu hormonnya, ada yang pengin makan aja, marah aja, tidur aja. Itu memengaruhi juga,” ujarnya.
Disarankan dr. Ratna, yang harus dilakukan setelah pemeriksaan adalah melakukan pola diet ketat.
Bagi penderita diabetes melitus, harus hindari mengkonsumsi kentang, ubi, roti-rotian, ragi-ragian, kemudian nasi harus sebatas 100 gram saja.
“Kalau mau tambah, banyak di lauk. Biasanya pemberatnya ada di kolesterol juga. Jadi, kalau kolesterol, kurangi santan-santan yang kental,” tandasnya.
Diakui dr. Ratna, untuk mendiagnosa pasien, di The Clinic pihaknya dibantu dengan alat penunjang. Biasanya, dengan alat penunjang, salah satunya dari Abbott, sudah diketahui hasilnya.
“Tentunya, kita udah bisa menyingkirkan beberapa penyakit lain. Jadi yang enggak berguna didiagnosa tadi, bisa kita buang. Dan diagnosa pasti lebih ditunjukan,” tandasnya.
Editor : Ismail