"Pasca kenaikan harga BBM, pasokan barang dari petani masih cenderung normal dan mencukupi untuk kebutuhan pembeli. Harga dari petani juga belum ada kenaikan dan terpantau normal," ujarnya.
Secara terpisah, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengungkapkan, pada September ini, harga cabai merah diprediksi akan mengalami penurunan. Sementara itu, harga komoditas lainnya seperti daging ayam juga sempat mengalami penurunan setelah harga BBM naik di Kota Medan. Namun, dari temuan di lapangan yang dilakukannya, ayam pedaging yang sebelumnya di Kota Medan itu paling berat sekitar 1,8 kg.
Saat ini dijumpai ayam pedaging yang beratnya mencapai 3,2 kg. Semakin besar ayamnya, maka harganya semakin murah karena input produksinya bisa ditekan dengan menjual ayam ukuran besar tersebut. Jadi bukan disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM tidak memberikan dampak pada harga ayam itu sendiri.
"Sementara itu, anomali harga pangan di Medan yang terbilang stabil setelah kenaikan harga BBM masih tengah kita observasi. Bisa saja terlalu dini kita menyimpulkan bahwa kenaikan harga BBM tidak memberikan dampak kenaikan harga pangan di Kota Medan, tapi setidaknya ini yang kita harapkan, yakni harga tetap stabil meskipun BBM sudah dinaikkan," ungkapnya.
Menurutnya, sejauh ini penyesuaian harga pangan di Sumut, terkait dengan kenaikan harga BBM sebelumnya masih terbilang wajar. Setelah memperhitungkan konversi kenaikan harga BBM ke transportasi diturunkan ke harga pangan, namun pemantauan akan terus dilakukan setidaknya hingga 60 hari kedepan untuk memastikan bahwa dampak kenaikan harga BBM ini benar-benar sudah selesai.
"Sebab, masih ada perusahaan yang memproduksi barang tetapi belum berani menaikkan harga, atau tengah melakukan penyesuaian kuantitas barang sehingga harga barang tersebut tetap bisa stabil atau tidak berubah. Jadi memang masih terlalu dini memastikannya, tetapi setidaknya ada harapan bahwa harga pangan masih bisa dikendalikan sejauh ini," pungkasnya.
Editor : Jafar Sembiring