JAKARTA, iNewsMedan.id - Pergi ke luar angkasa adalah tugas berbahaya. Semakin dalam Anda pergi, bahaya juga terus mengintai. Human Research Program NASA mengembangkan daftar lima bahaya teratas yang dihadapi manusia selama perjalanan ke luar angkasa.
Perjalanan manusia ke luar angkasa seperti Mars, pada pandangan pertama menawarkan kompleksitas yang tidak ada habisnya. Untuk membawa misi ke Planet Merah dari fiksi menjadi fakta, Human Research Program NASA mengorganisir bahaya yang akan dihadapi astronot secara terus-menerus ke dalam lima klasifikasi.
Setiap bahaya dibahas oleh NASA secara mendalam. Berikut ini penjelasan bahaya yang terjadi saat penerbangan manusia ke luar angkasa, sebagaimana dikutip dari Slash Gears.
Bahaya Penerbangan Manusia ke Luar Angkasa
1. Radiasi Luar Angkasa
Saat berada di bawah atmosfer Bumi, atmosfer memberi tingkat perlindungan terhadap radiasi dari luar angkasa. Saat Anda keluar dari orbit Bumi, radiasi yang dihadapi meningkat secara eksponensial.
Oleh karena itu, astronot terpapar banyak radiasi luar angkasa juga dikenal sebagai radiasi pengion. Jumlah persisnya yang terpapar sangat mengejutkan mulai dari 50 hingga 2.000 mSV atau Mili-Sievert seperti yang dilaporkan NASA. Ini sama dengan menerima 150 hingga 6.000 rontgen dada (per NASA)
2. Isolasi
Untuk astronot yang bepergian ke luar angkasa, tempat tinggalnya akan sempit. Selanjutnya, satu-satunya kontak manusia yang nyata Anda miliki adalah tim kecil di atas kapal bersama Anda.
Kondisi seperti ini bisa menjadi resep ampuh untuk demam kabin, berdampak pada kesehatan mental astronot. Keterasingan ini bila ditambah dengan tekanan lain dapat menyebabkan pemikiran tidak jelas, membuat potensi kesalahan yang jauh lebih tinggi.
Ada banyak cara NASA telah bekerja untuk memerangi ini. Human Research Program NASA mengembangkan akronim CONNECT untuk diingat para astronot selama misi mereka untuk membantu mereka mengatasi perasaan terisolasi.
Akronim ini adalah singkatan dari Community, untuk menyadari apa yang mereka lakukan penting bagi masyarakat yakni Openness, Networking, Needs, Expeditionary Mindset, Countermeasures, dan Training.
3. Jarak dari Bumi
Berada jauh dari Bumi sangat berbahaya jika terjadi keadaan darurat. Semakin jauh Anda dari pangkalan, astronot yang lebih mandiri diharapkan. Dari International Space Station (ISS), itu adalah perjalanan singkat ke Bumi.
Namun, dalam perjalanan yang lebih panjang, kembali tidak akan begitu mudah, dan pelatihan tambahan diperlukan untuk menjaga astronot tetap aman dalam keadaan darurat potensial. Masalah besar lainnya dengan berada jauh dari Bumi adalah kesulitan pasokan. Perjalanan jauh, seperti Mars, akan meminta astronot untuk berhemat dengan bahan yang mereka miliki, karena tidak akan ada cara untuk mendapatkan sesuatu yang ekstra dari jarak yang begitu jauh dari Bumi.
4. Gravitasi
Salah satu perbedaan terbesar antara berada di Bumi dan berada di luar angkasa adalah gravitasi. Kekurangannya di ruang angkasa selalu perlu diperhitungkan, karena dapat memiliki banyak efek yang tidak terduga. Ini termasuk pada tubuh astronot juga.
Pertama, tubuh mereka perlu menyesuaikan diri dengan hilangnya gravitasi, yang bisa menjadi pengalaman yang menggelegar. Mereka kemudian perlu menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tergantung pada misinya, dalam keadaan gravitasi yang berkurang ini. Hal ini dapat menyebabkan masalah seperti degenerasi otot, hilangnya kepadatan tulang, dan masalah penglihatan.
5. Lingkungan yang Tertutup
Membiarkan sekelompok manusia ada di luar angkasa membutuhkan banyak sumber daya. Bagi manusia, luar angkasa sangat tidak bersahabat, dan penting bagi para astronot untuk menjaga kesehatan mereka melalui sumber daya yang tersedia di kapal.
Karena begitu banyak sistem berbeda yang harus ada agar manusia dapat bertahan hidup melalui misi luar angkasa, penting agar mereka tetap berjalan dengan lancar. Jika ada yang salah dengan sistem ini, itu bisa menjadi situasi hidup atau mati.
Salah satu fungsi penunjang kehidupan di ruang angkasa, karena sifat tertutup dari pesawat ruang angkasa, adalah untuk memantau kualitas udara. Manusia memang mengeluarkan beberapa racun seperti amonia, dan penelitian telah menemukan itu dapat bertindak negatif pada otak dan menyebabkan gangguan memori. Racun lain yang perlu dibuang di pesawat ruang angkasa termasuk karbon dioksida, formaldehida, dan karbon monoksida.
Lingkungan luar angkasa dan tekanan perjalanan ruang angkasa juga dapat memengaruhi sistem kekebalan astronot, NASA menjelaskan, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit. Hal ini membuat sistem pendukung kehidupan dan pemantauan menjadi lebih penting, terutama dalam batas-batas dekat kapal.
Editor : Odi Siregar