MEDAN, iNewsMedan.id - Judi online tumbuh subur dan banyak diminati generasi muda di Indonesia. Kemunculan ini lantaran rentannya sistem keamanan cyber di Indonesia.
Bahkan, situs-situs tersebut bisa muncul pada sejumlah website-website lembaga pemerintahan dan pendidikan. Padahal, website tersebut harusnya memiliki sistem keamanan tinggi untuk menghempang peretasan oleh hacker.
Hal itu diungkapkan Head of the Computer Systems, Network and Security Laboratory, Seniman pada Diskusi Publik yang digelar oleh Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah (LKSA) dengan tema 'Ancaman Judi Online Bagi Generasi Muda' di Kota Medan, Kamis (16/3/2023).
"Situs yang disusupi kebanyakan situs pemerintah atau pun pendidikan umumnya. Banyak titik kelemahan situs-situs dalam negeri," jelas Dosen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi USU tersebut.
Seniman menambahkan, penyusupan situs-situs tersebut mengantarkan pada penyedia judi online sehingga menimbulkan ketertarikan untuk memulainya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendeteksi peretasan laman lembaga pemerintah dan pendidikan untuk judi online berlangsung sejak Agustus 2022.
Kominfo mencatat, sebanyak 675 laman yang telah tersusupi situs judi online. Di mana, 221 laman lembaga pendidikan dan 454 laman pemerintahan.
Seniman juga menjelaskan, serangan cyber tak mudah diberantas. Mengingat, rentannya keamanan situs di Indonesia menjadi celah masuk menguasai laman.
"Situs-situs judi online juga banyak disusupi virus dan juga memiliki yang berbahaya bagi laptop atau smartphone kita. Juga ancaman dari kejahatan digital. Hal yang harus dipahami adalah, sistem yang diterapkan pada situs judi online tidak akan memberikan kemenangan mutlak bagi pemain," terangnya.
Sementara itu, narasumber, Jonris Purba menyampaikan pandangannya dari perspektif pemberitaan. Menurutnya, media memiliki tanggungjawab memberikan pendidikan mengambil peran dalam mengedukasi masyarakat atas persoalan tersebut.
"Soal bahaya judi online bagi generasi muda, media ini harus menjadi wadah pendidikan, memberikan edukasi kepada masyarakat melalui sebuah berita dari orang yang berkompeten," ucap pria yang berprofesi sebagai jurnalis tersebut.
Jonris juga menegaskan, bahwa judi online merupakan ancaman besar bagi generasi muda. Sepatutnya, lanjut Jonris, media membuat gerakan melalui pemberitaan dengan terfokus pada penekanan mindset akan bahayanya.
"Media harus bisa mengubah mindset bahaya judi kepada generasi muda. Saya setuju bahwa judi itu tidak akan memberikan kemenangan dan keuntungan bagi pemain. Ini yang harus kita dorong kepada masyarakat," pungkasnya.
Diskusi publik ini dipimpin oleh Direktur LKSA Sumut, Eko Marhaendy sebagai moderator. Turut hadir sebagai narasumber, yakni Direktur Daulay Brother Law Firm, Tongku Solah Daulay dan Cendikiawan Islam, Candiki Repantu.
Editor : Odi Siregar