Ia meyakini, melalui kurikulum tanggap bencana, murid-murid akan terus mengingat cara melakukan evakuasi gempa bumi hingga usia dewasa.
“Kita di Komisi V merencanakan untuk bagaimana kurikulum mengenai tanggap bencana ini dapat dijadikan pelajaran nasional. Kalau sudah kita edukasi sejak usia dini, pasti akan melekat di ingatannya kalau terjadi bencana,” jelasnya.
Ijeck turut menyoroti posisi Pulau Sumatera yang masuk dalam zona Megathrust, sebuah daerah rawan pergerakan lempeng bumi yang berpotensi menimbulkan gempa besar.
“Kita harus mengedukasi masyarakat bagaimana bisa siaga dan tanggap bencana, kita di Pulau Sumatera adalah daerah Megatrust, ada lempengan yang bergerak dan bisa terjadi gempa,” ungkap Ijeck.
Berkaca dari gempa besar yang pernah terjadi di Aceh dan Nias, Ijeck berharap peristiwa serupa tidak terulang dan menimbulkan korban jiwa. Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak menyepelekan pentingnya membangun rumah dengan memperhitungkan ketahanan terhadap gempa, khususnya di daerah rawan bencana.
“Banyak masyarakat membangun rumah tidak memperhitungkan bencana khususnya di daerah yang berada di rawan bencana. Hal ini menjadi faktor bilamana bencana terjadi akan memakan korban,” ucapnya.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait
