Sejak dimulai, lebih dari 150 konten digital telah disebar melalui kanal resmi Dinas Kesehatan Medan dan dua puskesmas. Hasilnya: lebih dari 8 juta akun terjangkau.
Bukan hanya itu, GHS juga membentuk WhatsApp Group Ibu Pandai, ruang diskusi daring bagi para ibu untuk berbagi info kesehatan langsung dari tenaga profesional. Data awal menunjukkan bahwa setiap tiga informasi yang dibagikan, satu ibu menunjukkan minat baru untuk mengimunisasi anaknya.
Dr. dr. Anung Sugihantono, Senior Advisor GHS, menambahkan bahwa pendekatan lokal jadi kunci. “Yang menentukan imunisasi anak bukan cuma ibunya. Di Medan beda dengan Langkat, di Bitung beda dengan Manado. Itulah kenapa pesan-pesan ini harus dikemas secara lokal,” jelasnya.
Dalam pelatihan, para peserta juga diajak memilih platform yang tepat—Facebook, WhatsApp, Instagram, hingga X (dulu Twitter)—sesuai karakter masyarakat di wilayah masing-masing.
Ke depan, GHS dan Kemenkes akan membagikan alat ukur efektivitas kampanye berbasis media sosial. Ini penting, kata Anung, agar promosi kesehatan tidak lagi dianggap sekadar “cuap-cuap” tanpa hasil.
“Kita harus bisa buktikan bahwa kampanye di medsos berdampak langsung pada peningkatan imunisasi. Kalau jalannya benar, hasilnya bisa diukur,” tutupnya.
Editor : Ismail
Artikel Terkait