Ipar Itu Maut Pembawa Kematian, Kisah Nyata Khalid dan Istri Tinggal Serumah dengan Adik Ipar

Tim iNews Medan
Ipar adalah maut adalah sebuah ungkapan populer yang sering kita dengar. Namun, banyak yang belum memahami sepenuhnya maknanya. Foto: Ist

MEDAN, iNewsMedan.id - Ipar adalah maut adalah sebuah ungkapan populer yang sering kita dengar. Namun, banyak yang belum memahami sepenuhnya maknanya.

Dalam konteks Islam, ungkapan ini sebenarnya adalah sebuah peringatan keras dari Rasulullah SAW. Hadis ini tidak secara harfiah berarti bahwa ipar akan membunuh seseorang, tetapi lebih kepada potensi bahaya yang bisa timbul dari hubungan yang terlalu dekat dengan orang yang bukan mahram.

Dalam kitab “Qashash Mu`ats-tsirah Lisy-Syabab” karya Ahmad Salim Baduwailan yang diterjemah Yum Roni dituliskan tentang kisah nyata ini.

Adapun kisahnya adalah sebagai berikut:

Suatu ketika Khalid terlihat sedih dan galau di meja kerjanya. Melihat keadaan itu, rekannya menghampiri dan berkata, “Khalid, kita kan sudah seperti saudara kandung sebelum menjadi rekan kerja di tempat ini. Sudah hampir seminggu aku melihatmu murung dan memikirkan sesuatu yang berat. Sebenarnya ada apa Khalid?”

Khalid terdiam beberapa saat, kemudian mengatakan, “Terima kasih Saleh atas perhatianmu. Saat ini aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk memecahkan masalahku.”

Khalid lalu menuangkan secangkir teh untuk Saleh.

“Seperti yang kamu ketahui, aku telah menikah hampir delapan bulan dan di rumah hanya ada istri saya. Tetapi masalahnya adalah bahwa adik saya, Hamad yang sekarang berumur dua puluh tahun telah menyelesaikan pendidikannya di SMA dan diterima di salah satu universitas yang berada di kota ini. Dia akan datang ke sini seminggu atau dua minggu lagi untuk memulai studinya.

Alkisah, kedua orangtua Khalid memaksa agar Hamad tinggal di rumah Khalid daripada tinggal dengan teman-temannya di sebuah apartemen, karena takut terjadi hal-hal yang menyimpang.

Rupanya, Khalid menolak permintaan kedua orangtuanya itu. Sebab baginya kehadiran seorang pemuda di rumahnya sangat berbahaya.

“Kita sama-sama tahu dan sama-sama merasakan masa muda dulu sewaktu belum menikah, bagaimana gejolak nafsu seorang pemuda terhadap lawan jenisnya. Jika perusahaan memberikan jam lembur atau menugaskanku ke luar kota, tentu aku pulang terlambat atau bahkan tidak pulang ke rumah untuk beberapa hari. Pada saat itu, yang tinggal di rumah hanya istri dan adikku saja. Jujur aku katakan, aku pernah berkonsultasi dengan salah seorang ulama, dan dia melarangku untuk mengizinkan lelaki manapun tinggal serumah dengan kami sekalipun saudara kandungku sendiri,” ujarnya.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network