MEDAN, iNewsMedan.id - Ketua Umum DPP Gabema Tapanuli Tengah - Sibolga, Masriadi Pasaribu menyayangkan keputusan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan migrasi koleksi arkeologi dari Laboratorium Arkeologi Baros di Jalan KH Zainul Arifin, Pasar Batu Gerigis, Barus, Tapanuli Tengah (Sumatera Utara), ke Gedung Koleksi BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno di Cibinong, Bogor (Jawa Barat).
Barus yang berada Tapanuli Tengah - Sibolga, kini menjadi sorotan sebagai pintu gerbang peradaban Islam di wilayah Nusantara. Melalui kajian dan riset, Barus ingin menghadirkan peradaban Islam yang inklusif, toleran, dan moderat, dengan fokus pada moderasi beragama.
Tindakan tersebut mengganggu upaya masyarakat Tapanuli Tengah - Sibolga di ranah dan di rantau untuk menorehkan kembali posisi Barus sebagai pintu gerbang peradaban Islam di wilayah Nusantara melalui kajian dan riset guna menghadirkan peradaban Islam di wilayah Nusantara yang inklusif, toleran, dan moderat yang berfokus kepada moderasi beragama.
Pengembangan wilayah Tapanuli Tengah - Sibolga, bersama Tapanuli bagian selatan dan Kepulauan Nias, sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Danau Toba, memunculkan permintaan masyarakat agar Barus ditetapkan sebagai kawasan strategis pariwisata religi nasional. Penetapan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pariwisata dan menjadi penopang destinasi pariwisata 'beyond Bali'.
Presiden Jokowi berada di Komplek Pemakaman Muslim Mahligai di Barus, Tapteng pada Maret 2017 (Foto: Setkab)
Barus memiliki banyak jejak Islam, salah satunya adalah makam tua di Kompleks Pemakaman Mahligai. Makam ini berasal dari abad ke-7 dan mengonfirmasi adanya komunitas Muslim pada masa itu. Ada juga Kompleks Pemakaman Muslim Papan Tinggi yang terletak di perbukitan. Di sini, terdapat makam para auliya dan ulama yang menjadi penyebar Islam di Indonesia pada abad ke-7.
Barus juga menyimpan berbagai benda bersejarah seperti perhiasan, mata uang dari emas dan perak, prasasti, serta fragmen arca. Keberadaan barang-barang ini memperkaya sejarah kawasan tersebut. Barus menjadi terkenal hingga Eropa dan Timur Tengah pada abad ke-7 karena produksi kapur barus dan rempah-rempah. Jalur perdagangan Barus juga menjadi pintu masuknya Islam ke Nusantara.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait