Pada pernikahan ketiga, dia menikahi putri seorang mandor perkebunan tembakau di Sungai Mancirim, Lim Sam-Hap. Gadis putri mandor yang tertambat di hati Tjong A Fie tersebut, bernama Lim Koei Yap dari Timbang Langkat, Binjai.
Dari pernikahannya yang ketiga ini, Tjong A Fie memiliki tujuh anak, yakni Tjong Foek-Yin (Queeny), Tjong Fa-Liong, Tjong Khian-Liong, Tjong Kaet Liong (Munchung), Tjong Lie Liong (Kocik), Tjong See Yin (Noni), dan Tjong Tsoeng-Liong (Adek).
Tjong A Fie dikenal sebagai orang Tionghoa pertama yang memiliki perkebunan sangat luas di tanah Deli. Hal ini, tak lain berkat kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.
Tjong A Fie menjalin hubungan baik dengan Sultan Deli, Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah, dan Tuanku Raja Muda. Kondisi ini memudahkannya membuka usaha, salah satunya saat Sultan deli memberinya konsesi penyediaan atap daun nipah, untuk keperluan pembuatan bangsal di perkebunan tembakau miliknya.
Bisnisnya menggurita, di antaranya perkebunan tembakau di Deli, teh di daerah Bandar Baru, dan Si Bulan, serta perkebunan kelapa. Tak hanya itu, di wilayah Sawah Lunto, dan Bukit Tinggi, Sumatra Barat, dia juga menanamkan modal untuk usaha pertambangan.
Luas perkebunannya di Deli, sampai mengalahkan luas perkebunan milik Deli Maatschappij yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys. Pemerintah Belanda, juga mempercayakan pengelolaan 17 kebun kepada Tjong A Fie. Untuk mengurus perkebunan itu, Tjong A Fie dibantuk 10 ribu pekerja.
Usahanya terus berkembang. Bersama kakaknya, Tjong A Fie bekerja sama membangun perusahaan kereta api The Chow-Chow & Swatow Railyway Co.Ltd. di Tiongkok Selatan. Usaha ini dirintisnya bersama paman sekaligus konsul Tiongkok di Singapura, Chang Pi Shih.
Editor : Odi Siregar