Keren! Alat Musik Sulim Batak Kini Bisa 'Dilihat' Lewat Tipografi Kinetik
Sebanyak 60 peserta yang terdiri dari komunitas inklusif Rumah Ceria Medan, mahasiswa, dan masyarakat umum terlibat dalam eksplorasi visual ini. Mereka membuat respons visual berupa garis, warna, dan ritme sebelum dikembangkan ke format digital. Hasilnya, belasan karya tipografi kinetik dipamerkan sebagai bentuk diseminasi program.
Anggota tim peneliti, Irwansyah, S.Kom., M.Ds., menilai kolaborasi ini sebagai dampak nyata hubungan kampus dan masyarakat.
“Kampus tidak seharusnya berdiri jauh dari masyarakat. Melalui kegiatan ini, kami membawa pengetahuan akademik ke ruang publik dan berdialog langsung dengan komunitas. Seni menjadi medium yang efektif untuk membangun empati dan inklusivitas,” ungkapnya.
Perwakilan Rumah Ceria Medan, Dinda Febri Anti, memberikan apresiasi atas keterlibatan teman-teman Tuli dalam agenda ini. Menurutnya, visualisasi bunyi memberikan aksesibilitas yang selama ini jarang ditemukan dalam pertunjukan musik tradisi.
“Teman-teman tuli biasanya kesulitan terlibat dalam kegiatan seni berbasis bunyi. Di sini, mereka justru sangat aktif karena bunyi diterjemahkan ke dalam visual. Mereka merasa dilibatkan sepenuhnya, bukan sekadar menjadi penonton,” tutur Dinda.
Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan kolaborasi ini bagi ruang ekspresi disabilitas.
“Kami berharap kerja sama seperti ini bisa terus berlanjut karena dampaknya sangat terasa, terutama bagi kepercayaan diri dan ruang ekspresi anak-anak,” tambahnya.
Editor : Jafar Sembiring