BBM Langka, Penghulu di Medan Kayuh Sepeda Demi Tepat Waktu Menikahkan Pasangan Pengantin
Di lokasi, kegelisahan Dicky dan Mia berubah menjadi haru ketika melihat penghulu mereka datang dengan sepeda. “Kami benar-benar tidak menyangka. Dalam kondisi begini, beliau tetap datang tepat waktu. Rasanya seperti dihargai sebagai warga,” ujar Mia.
Setelah beristirahat sejenak, Ramlan memimpin akad nikah dengan khidmat. Suasana langsung hening ketika ijab kabul diucapkan, menjadi penanda tuntasnya perjalanan sang penghulu sejak pagi.
Langkah Ramlan sontak menjadi perbincangan internal Kementerian Agama. Di tengah kelangkaan BBM dan mobilitas yang terhambat, aksi tersebut dipandang sebagai teladan nyata bahwa pelayanan publik harus adaptif dan tidak boleh tumbang oleh krisis. Beberapa penghulu bahkan mulai mempertimbangkan opsi transportasi alternatif saat kondisi darurat.
Akad nikah Dicky dan Mia pun meninggalkan kisah yang lebih dari sekadar prosesi pengikatan janji. Ia menjadi cerita tentang integritas seorang pelayan publik yang memilih bersepeda demi memastikan hak warganya terpenuhi.
Pengorbanan kecil itu memberi pesan besar: pelayanan prima bukan soal kenyamanan petugas, melainkan tentang hadirnya negara di saat masyarakat membutuhkan.
Editor : Ismail