Keluar dari Bayang-Bayang Perlambatan Global, Ekonomi Indonesia Tancap Gas di Triwulan II 2025

Performa Sektoral Tetap Kuat
Transportasi dan pergudangan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi, 15,28% (y-on-y), disusul informasi dan komunikasi 9,45%. Sektor konstruksi pulih dengan pertumbuhan 6,02% berkat proyek infrastruktur transportasi, energi, dan perumahan. Industri pengolahan—tulang punggung ekonomi dengan porsi 18,6% PDB—tumbuh 4,05%, terutama dari subsektor makanan-minuman, pengolahan kelapa sawit, dan manufaktur berbasis agroindustri.
Pertumbuhan yang Lebih Inklusif
Dampak positif pertumbuhan terasa hingga ke tingkat kesejahteraan. Per Maret 2025, tingkat kemiskinan turun menjadi 8,47% (23,85 juta orang), terendah dalam dua dekade. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Februari 2025 menurun ke 4,76% dari 4,82% setahun sebelumnya, dengan penyerapan tenaga kerja terbesar di industri pengolahan, perdagangan, transportasi, dan konstruksi.
Konsumsi yang besar menghidupkan UMKM, sementara investasi dan ekspor mendorong lapangan kerja di sektor padat karya. Hal ini menunjukkan pertumbuhan yang relatif inklusif.
Tantangan di Semester Kedua
Meski pondasi kokoh, ancaman datang dari kebijakan perdagangan AS per 7 Agustus 2025 yang menetapkan tarif impor 19% untuk sejumlah produk Indonesia. Dampaknya berpotensi menekan daya saing ekspor, industri pengolahan, dan rantai pasok global. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga kemungkinan melemah pada triwulan berikutnya karena hilangnya faktor musiman libur panjang.
Editor : Ismail