Menag dan HKBP Bersatu: Serukan Penutupan TPL dan Aquafarm Demi Kelestarian Danau Toba

Ia menekankan bahwa menjaga dan melestarikan lingkungan ciptaan Tuhan adalah tanggung jawab bersama, sejalan dengan pandangan Menag Nasaruddin Umar bahwa menjaga lingkungan adalah kewajiban agama.
Pdt. Victor juga menjelaskan bahwa krisis ekologis atau perubahan iklim berada di urutan nomor satu dari sepuluh ancaman global yang sangat mengerikan.
"Jika tidak ada tindakan untuk ancaman global, maka kita akan menghadapi kiamat prematur. Orang Kristen percaya bahwa di akhir zaman dihantarkan oleh Tuhan, tapi melihat kondisi sekarang bisa akhir datang karena kita rampas dari tangan Tuhan. Ini muncul karena dari penyakit yang dimiliki manusia karena kerakusan," sebutnya.
Ephorus HKBP juga mengajak seluruh pengikutnya untuk merawat alam ciptaan Tuhan dan menegaskan penentangan HKBP terhadap segala tindakan yang merusak alam. Ia menyoroti kondisi krisis di sekitar Tanah Batak dan menyatakan bahwa HKBP akan terus berjuang untuk mempertahankan alam dari kerusakan yang merugikan masyarakat.
Sebagai bentuk perjuangan, HKBP telah empat kali melaksanakan doa bersama ribuan warga. "Dengan doa yang sungguh-sungguh tanpa pengaruh apapun, HKPB menyerukan TPL ditutup untuk selamanya pada tanggal 7 Mei kemarin," ucapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa HKBP dan gereja lainnya tidak menginginkan konflik antara masyarakat dengan PT TPL dan Aquafarm dalam pengelolaan sumber daya alam. Pihaknya mendoakan 13 ribu orang yang menggantungkan nasibnya pada TPL akan mendapatkan pengganti yang terbaik.
"Begitupun kita harus memikirkan nasib 3,4 juta penduduk dan harus dipikirkan dampaknya terhadap penduduk," jelasnya.
"Kerusakan wilayah Tanah Batak bukan hanya berdampak di Toba saja, tetapi juga bisa berdampak terhadap dunia, yakni 7 miliar penduduk bumi akan merasakan. Selain itu, kita harus memikirkan generasi penerus yang belum dan baru lahir, maka pesan saya jaga alam sekitar dari kerusakan," pungkas Pdt. Victor Tinambunan.
Editor : Jafar Sembiring