Mereka rela bangun pagi, membawa dagangan berat, dan bersaing ketat dengan pedagang lain untuk mendapatkan tempat yang strategis.
Pemerintah Kota Medan tidak ada menetapkan peraturan khusus atau regulasi mengenai perdagangan sekitaran Car Free day karena dibebaskan dan diizinkan secara gamblang untuk masyarakat yang ingin berdagang di kawasan tersebut.
Seperti salah satu pedagang, Irwan mengatakan bahwa ia hanya mendapatkan informasi dai temannya dan mengecek lahan yang strategis untuknya berjualan lalu memastikan dirinya datang cepat agar mendapat lahan tersebut.
“Saya dapat informasi dari kawan-kawan untuk bisa jualan disini, datang kemari terus cek-cek juga tempatnya, lalu ada peluangnya yauda saya jualan disini” ungkap Irwan, seorang pedagang lupis dan cenil di simpang Pajak Ikan Jalan Kereta Api Kesawan.
“Tidak ada bayar untuk lahan, karena sepanjang jalan disini (depan Menara Mandiri) beda sama yang di seberang aturannya. Karena ibaratnya disini yang jalan ini, kayak yang dicari, lebih laris dibanding yang disana. Bahkan harus datang pagi-pagi subuh, karena datang jam 4 saja uda full tempatnya yang di sepanjang ini.” lanjutnya.
Hanya untuk 4 jam dan selama satu kali seminggu, banyak sekali pedagang yang berjuang datang ke Car Free Day demi menghasilkan rezekinya. Bahkan ternyata tidak jarang, terjadinya konflik antar pedagang karena permasalahan lahan yang strategis.
“Harus datang pagi-pagi, jam 1 tengah malam atau minimal jam 3. Pernah saya sampai berebut ngeklaim sama pedagang lainnya, sampe agak berantam juga. Tapi ujungnya berbagi dan damai lah.” ungkap Fariz, pedagang ricebowl depan Menara Mandiri.
Namun, sayangnya tidak ada penengah resmi seperti dari pihak keamanan atau satpol/pp yang menyelesaikan konflik tersebut karena waktu yang masih dini hari. Sehingga mereka antar pedagang berkepala dingin untuk berbagi lahan yang strategis tersebut dan berdamai.
Editor : Chris