"Apin dan Sandi ngobrol. Tapi posisi Apin agak menjauh dari kami. Sesudah cek mesin cek rangka, kami deal sama Sandi diangka Rp 14.500.000. Dan Apin juga menyetujuinya," sebut Rafly.
Karena Rafly sudah membawa uang tunai, Apin menolak untuk menerimanya. Apin meminta Rafly untuk mentransfer uang tersebut ke rekening atas nama Sandi Pilatama melalui agen BRIlink.
"Saya bilang saya enggak tau BRIlink di sana. Terus Apin membawa kami ke BRIlink yang lumayan jauh dari rumahnya. Waktu itu saya sudah bawa sepeda motor RX King yang mau saya beli. Sedangkan BPKB dan STNKnya masih dipegang Apin. Sampai lah kami di BRIlink, saya keluarkan uang tunai Rp 14.500.000 untuk ditransfer. Di situ Sandi mengirimkan nomor rekening ke saya dan Apin juga menunjukkan nomor rekening yang sama," ungkap Rafly.
Pada saat itu, Rafly mengungkapkan bahwa Apin tampak gelisah. Apin berulang kali menelepon seseorang layaknya seperti orang panik.
"Ibu di BRIlink itu bertanya ke kami berdua saya dan Apin, apa benar ini nomor rekeningnya. Saya bilang benar, Apin juga bilang benar. Terus disamakan dengan nomor rekening yang ada di handphone Apin. Kemudian ibu itu menunjukkan atasnama Sandi Pilatama dan lagi-lagi Apin bilang iya benar. Di situ saya bertanya dua kali sama Apin, apakah benar itu nomor rekeningnya," ungkap Rafly.
Agen BRIlink itu pun memproses transfer tersebut. Setelah struknya keluar, Rafly pun memberikan kepada Apin. Namu menurut Rafly, Apin terlihat seperti orang kebingungan.
"Tiba-tiba Apin kayak dihipnotis dengan badan penuh keringat dingin. Lalu saya berdebat lah karena saya sudah transfer atas arahan Apin. Tapi BPKB dan STNKnya tidak dikasih ke saya. Saya masih sabar ya, saya pikir mungkin jaringan dan Apin cuma duduk diam di atas motornya," ucap Rafly.
Tak berapa lama, Rafly mengungkapkan bahwa ada seorang pria tua yang menghampiri mereka. Di mana, orang tersebut mengetahui akar permasalahan mereka.
"Saya gak tau pria tua itu dari mana. Datang langsung dan tau akar permasalahannya. Di situ langsung berdebat dan saya mengambil kunci sepeda motor Apin. Pria tua itu pun menelepon anaknya yang di Solo atasnama Jimmy Kodero. Teman saya pun bisiki saya, udah gak beres ini Raf katanya," ungkap Rafly.
Kemudian, Rafly mengaku dirinya diteriaki sebagai perampok hingga membuat suasana semakin riuh. Tak hanya itu, Rafly megaku diinterogasi layaknya seorang perampok.
"Saya telepon om saya, di mana om saya mengarahkan ke Polres Langkat. Saya ajak ke polres mereka gak mau. Alhasil ada dua personel polisi berpakaian preman datang. Di situ saya ditanyai, dan gak lama saya dibawa ke Polres Langkat. Polisi yang membonceng saya bilang kasih kunci sepeda motornya Apin," ujar Rafly.
"Kita mau ke polres. Saya jawab loh gak bisa gitu lah, saya udah bayar atas arahan dia (Apin) tapi dia sendiri yang bilang belum masuk, kalau mau saya yang bawa unitnya. Tapi polisi itu meyakinkan saya. Dan saya kasih kunci unit nya ke pria tua itu dan kami mengarah ke Polres Langkat," sambung Rafly.
Rafly mengungkapkan usai mentransfer uang tersebut, nomor telepon Sandi sudah tidak dapat dihubungi.
Alhasil, Rafly melaporkan hal tersebut ke Polres Langkat dengan nomor laporan: LP/B/546/X/2024/SPKT/POLRES LANGKAT/POLDA SUMUT.
Kasat Reskrim Polres Langkat, AKP Dedi Mirza, mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima laporan korban. Di mana, pihaknya saat ini tengah menyelidiki kasus tersebut.
"Sedang kita lidik. Beberapa waktu lalu ada kasus yang serupa jual beli mobil tapi. Namanya ini penipuan metode segitiga marketplace," tandas Dedi.
Editor : Odi Siregar