Melalui program yang direncanakan pemerintah, kita dapat melihat adanya beberapa kasus tentang kurangnya kemampuan literasi digital yang terjadi di Indonesia. Fenomena ini dilihat dari media sosial yang saat ini dianggap sebagai sebuah keharusan tetapi banyak pengguna yang tidak berfikir dampak baik dan buruk yang mungkin saja bisa terjadi saat menggunakannya. Oleh karena itu ada baiknya sebelum menjadi pengguna media sosial kita harus berfikir hal tersebut.
Sisi positif dalam menggunakannya terlihat dari media sosial sebagai jendela dunia di mana informasi mampu mengalir begitu mudah dan cepat saat media sosial diakses melalui internet. Kita bisa menemukan hal-hal yang bermanfaat seperti tips-tips atau cara dalam melakukan sesuatu hal, motivasi hidup hingga lowongan pekerjaan yang sekarang banyak kita temui melalui media sosial. Tentu hal-hal tersebut dapat membawa dampak positif serta dapat sangat berguna bagi kita dalam kehidupan sehari-harinya. Bagaimana tidak? Kita hanya perlu mengetik menggunakan kata kunci (hal apa yang ingin kita temukan) pada menu pencarian, maka kita akan langsung mendapatkannya.
Semuanya mudah dan tidak terbatas dari ruang dan waktu. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pemerintah melalui kerangka kerja literasi digital digital ethics bahwa perlunya mengetahui pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Karena media sosial yang terlalu luas maka kita harus mengetahui tentang prinsip pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital sesuai dengan kaidah dan etika bermedia. Hal-hal dasar tersebutlah yang mampu memperbnaiki dan menambah wawasan literasi digital masyarakat di Indonesia.
Media sosial saat ini memiliki keamanan yang lemah, bisa dilihat ketika siapa saja atau siapa pun itu dapat mengambil gambar atau tulisan dengan mudah. Ketika kita mengunggah sesuatu atau konten di media sosial itu artinya kita sudah siap untuk menerima resiko tentang apa yang kita posting bisa dinikmati siapa saja.
Editor : Jafar Sembiring