"Memang benar adanya pendapat saudara kami Presiden ABIM tentang persuratan Indonesia sebelum merdeka, bahasa yang digunakan ialah Bahasa Melayu yang dalam ejaan pengaruh Belanda. Hal ini sama seperti Bahasa Melayu di Malaysia yang juga terpengaruh Inggris." kata jurnalis Tempo ini.
Sahat berpendapat, Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini tanpa disadari juga digunakan di Malaysia dan Singapura dalam bahasa pengantar sehari - hari termasuk dalam interaksi bisnis. Namun, ujarnya, masing - masing negara mampu menjaga identitas dan budayanya.
"Saya beri contoh warga Pulau Sumatera tidak akan kesulitan berbahasa Indonesia Melayu dengan orang Malaysia dan Singapura. Namun orang Jawa, Papua dan Indonesia bagian timur tentu agak kesulitan berbahasa Indonesia Melayu." kata Sahat.
Selain itu identitas kekayaan linguistik suku - suku di Indonesia dalam jangka panjang, ujar alumni IVLP Amerika Serikat ini, akan terancam hilang jika Bahasa Indonesia mulai hilang digantikan satu bahasa yakni Bahasa Melayu.
"Kalau kekayaan linguistik hilang, pasti akan diikuti hilangnya budaya dan tradisi adat. Padahal linguistik, budaya dan tradisi adat suku - suku Indonesia lah yang membuat faham komunis, wahabi - salafi tak bisa berkembang di Indonesia." ujarnya.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait