Meskipun menyarankan ketenangan, Mualem menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam dan tetap memberikan perhatian khusus pada kebijakan plat kendaraan tersebut. Ia melontarkan perumpamaan khas Aceh yang syarat makna sebagai isyarat kesiapan bertindak.
“Kita wanti-wanti juga, meunyo ka dipublo, tablo (kalau sudah dijual, kita beli). Nyo ka gatai, tagaro (kalau sudah gatal, kita garuk),” tegasnya, menunjukkan bahwa ia siap merespons jika situasinya memang membutuhkan tindakan.
Mualem menilai polemik seputar plat kendaraan ini tidak perlu dibesar-besarkan. Ia menekankan pentingnya bagi masyarakat Aceh untuk tetap fokus pada hal-hal yang lebih produktif dan bermanfaat.
“Kita tenang saja. Itu kita anggap angin lalu, kicauan burung yang justru merugikan dirinya sendiri,” pungkasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
