Arwin mengungkapkan, pengamatan hilal tidak sesederhana yang terlihat. Banyak faktor yang memengaruhi pengamatan. Mulai dari faktor alam, kesiapan sumber daya manusia, teknologi dan lainnya.
"Di Indonesia selama ini, hilal pernah teramati pada posisi 5 derajat. "Kalau cuaca hari ini secara umum baik. Hanya saja bisa kita lihat tadi di ufuk Barat, itu memang ada awan yang menutupi posisi atau keberadaan Hilal itu muncul," ungkapnya.
Bagi Muhammadiyah, kata Arwin, mereka sudah lama mengeluarkan maklumat. Sehingga, untuk menentukan 1 Ramadan, tidak perlu dilakukan pengamatan hilal. Karena secara perhitungan, hilal dianggap sudah wujud. Muhammadiyah sudah menggelar tarawih malam ini dan akan berpuasa pada 2 April 2022.
"Kalau Muhammadiyah menggunakan namanya, Hisab Hakiki Wujudul Hilal. Melalui metode itu, Muhammadiyah sudah menganggap putaran bumi sempurna mengelilingi bulan," terang Arwin.
"Sehingga menurut Muhammadiyah itu 1 bulan Qomariah 1 bulan Sya'ban semua itu sudah terjadi hingga malam hari ini sudah dinyatakan langsung bulan baru yaitu tanggal 1 Ramadan," tandas Kepala OIF UMSU itu.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait