Karena selalu dibandingkan dengan buatan mesin, yang bisa diproduksi massal dalam waktu singkat. Padahal setiap karya handmade memiliki keunikan yang tak tergantikan. Meskipun pola yang digunakan sama, hasil akhirnya tak akan pernah benar-benar identik. Ada sentuhan tangan, ada rasa, ada cerita di balik tiap simpul benang yang terajut. “Itulah yang membuat handmade istimewa, karena tidak ada duanya,” ucap Anita, menyiratkan keyakinan bahwa nilainya lebih dari sekadar harga.
Anita punya mimpi besar, membawa rajutannya menembus pasar internasional. Mimpi itu mulai ia wujudkan lewat ajang BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang digelar di ICE BSD, Tangerang, pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025. Acara ini menjadi panggung bagi 1.000 UMKM dari seluruh Indonesia untuk unjuk gigi dengan produk-produk yang kreatif, orisinal, dan penuh inovasi. Pengunjungnya pun datang dari berbagai daerah, bahkan luar negeri.
“Waktu itu saya lihat info nya di Instagram, terus langsung daftar sendiri. Padahal saya belum tahu juga harus bawa produk apa,” kenang Anita sambil tertawa kecil. Siapa sangka, dari langkah spontan itu, ia justru terpilih menjadi salah satu UMKM mewakili Kota Medan. Semua kebutuhan keikutsertaannya difasilitasi penuh, dari persiapan hingga keberangkatan ke lokasi acara.
Bagi Anita, pengalaman itu sangat berharga. Ia belajar banyak hal, mulai dari mengenalkan produk rajutan kepada pasar yang lebih luas, memahami minat pembeli, hingga mencoba sistem pembayaran digital seperti QRIS BRI. Tak kalah penting, ia juga memperluas jaringan, bertemu dengan sesama pelaku UMKM dari berbagai daerah. “Rasanya seperti dapat suntikan semangat baru. Produk saya jadi lebih dikenal, dan saya jadi makin yakin kalau rajutan bisa punya tempat di hati pasar,” ujarnya penuh antusias.
Editor : Chris
Artikel Terkait