JENDERAL Hoegeng, sosok perwira tinggi Polri ini ternyat pernah dibentak tentara di kawasan Jalan Sudirman, tepatnya di kawasan Semanggi, Jakarta pada sore hari. Peristiwa itu terjadi tak lama setelah adanya Gerakan 30 September 1965.
Saat itu Jenderal Hoegeng menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet. Selama karier dan perjalanan hidupnya, Jenderal Hoegeng Imam Santoso atau Jenderal Hoegeng dikenal sebagai sosok polisi yang berintegritas, jujur dan sederhana. Hoegeng pernah menjabat Kapolri pada periode 1968-1971.
Hoegeng ketika itu sedang mengendarai Jeep Willis-nya dari Kebayoran Baru menuju rumahnya di Menteng, Jakarta. Kebetulan Hoegeng sedang berbaju koko kerah bergaya Shanghai.
Seorang tentara menghentikan perjalanan Hoegeng ketika melintas di sekitar Jembatan Semanggi. Tentara itu mencegat Hoegeng karena ingin menumpang ke suatu tempat.
Hoegeng pun berhenti dan mengajak tentara itu naik ke mobilnya. Si tentara pun duduk di sebelah Hoegeng. “Koh, saya ikut menumpang ya,” kata tentara itu, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Hoegeng hanya mengangguk. Hal itu membuatnya dibentak oleh si tentara. “Siapa namamu?” bentak dia.
“Saya Hoegeng,” jawabnya.
Mendengar jawaban itu, sang tentara merasa malu. Si tentara itu pun meminta diturunkan walau belum sampai di tempat tujuannya.
“Mengapa harus turun di sini? Mari Hoegeng antar ke tempat tujuan,” kata Hoegeng.
Namun, si tentara tak menjawab dan justru turun terburu-buru sambil mengucapkan terima kasih tanpa berani melihat wajah Hoegeng lagi.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait