JENDERAL Polisi Hoegeng menunujukkan konsistensinya dalam bertugas. Tidak terpengaruh harta dunia yang diberikan sekelompok orang. Justru menolak pemberian dan mengembalikannya.
Konsistensi sebagai polisi jujur juga dibuktikannya saat bertugas di Sumatera Utara. Pada 1955, Kompol Hoegeng mendapat perintah pindah ke Medan. Tugas berat sudah menantinya. Penyelundupan dan perjudian sudah merajalela di kota itu.
Maka tahun 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut.
Dalam memoar Hoegeng, Polisi antara Idaman dan Kenyataan, karya Ramadhan KH diceritakan kejujuran Hoegeng Iman Santosa, mantan Kapolri 1968-1971.
Para bandar judi telah menyuap para polisi, tentara dan jaksa di Medan. Mereka yang sebenarnya menguasai hukum. Aparat tidak bisa berbuat apa-apa disogok uang, mobil, perabot mewah dan wanita.
Bukan tanpa alasan kepolisian mengutus Hoegeng ke Medan. Sejak muda dia dikenal jujur, berani dan antikorupsi. Hoegeng juga haram menerima suap maupun pemberian apapun.
Maka tahun 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut.
Hoegeng pun pindah dari Surabaya ke Medan. Belum ada rumah dinas untuk Hoegeng dan keluarganya karena rumah dinas di Medan masih ditempati pejabat lama.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait