Jemaah Haji Berjalan di Jalur Pejalan Kaki Terpanjang di Dunia dari Arafah Menuju Muzdalifah

Vitrianda Hilba Siregar
Jemaah ibadah haji 2023 telah memulai perjalanan mereka pada hari Selasa menuju Muzdalifah dengan berjalan melintasi jalur pejalan kaki terpanjang di dunia. Foto: Saudi Gazette

ARAFAH, iNewsMedan.id - Menjelang berakhirnya ritual berdiri di Jabal Al-Rahma di Arafah, yang menandai puncak dari ibadah haji tahunan, jemaah telah memulai perjalanan mereka pada hari Selasa menuju Muzdalifah dengan berjalan melintasi jalur pejalan kaki terpanjang di dunia.

Jemaah ibadah haji 2023 berangkat ke tujuan ketiga melalui jalan setapak yang menghubungkan Tempat Suci dan memanjang dari kawasan Jabal Al-RaMelansit hma dengan Situs Suci Arafah ke Situs Suci Mina, melewati Muzdalifah, karena mereka akan menyelesaikan manasik haji di Muzdalifah dengan bermalam dan tidur di sana.

Melansir laman Saudi Gazette disebutkan, jalur pejalan kaki terpanjang di dunia yang menyaksikan setiap tahun selama musim haji lalu lintas manusia terbesar di dunia, mencakup empat jalur dengan total panjang lebih dari 25 km.

Panjang jalan ke-1 5.100 meter linier, jalan ke-2 7.580 meter linier, jalan ke-3 7.556 meter linier, dan jalan ke-4 4.620 meter linier.

Proyek ini dirancang dengan standar internasional terbaik, yang memastikan bahwa itu akan digunakan sesuai kebutuhan dan dengan mudah selama pergerakan peziarah antara Tempat Suci.

Jalan itu diimplementasikan dan dirancang sesuai dengan standar teknik tertinggi.

Jalan setapak diaspal dengan memasang tegel yang saling bertautan, ditambah dengan adanya kursi-kursi di sisi-sisinya agar jemaah bisa duduk dan beristirahat.

Jalan setapak ini dikelilingi oleh 500 penghalang beton berbentuk bola untuk mencegah masuknya kendaraan.

Perlu disebutkan bahwa jalan setapak terpanjang di dunia tidak hanya dibedakan dari panjangnya, tetapi juga dari desainnya yang menjaga kelestarian lingkungan.

Itu diterangi oleh tiang lampu berteknologi tinggi, dan lampu sorot (LED) yang sangat terang.

Pada saat yang sama biayanya rendah dibandingkan dengan penerangan biasa, dan juga dicirikan oleh emisi gas yang rendah agar tidak merusak lingkungan.

Untuk mengurangi suhu di cuaca panas bagi jamaah, dipasang tiang kabut air di sekitar jalan setapak.

Ini selain stasiun marmer (mashrabiyas) untuk air minum, dan pemasangan payung untuk melindunginya dari sinar matahari.

Mengurangi suhu di trotoar juga termasuk melapisi aspal yang mengurangi panas, bahkan di jalan menuju fasilitas Jamarat. Pelapisan akan berkontribusi untuk mengurangi suhu dari 20 menjadi 15 derajat Celcius.

Peziarah dengan kebutuhan khusus juga mendapat perhatian besar di jalan setapak, karena terdapat jalur khusus untuk mereka.

Bagian ini dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan ritual mereka, dan membantu mereka bergerak di sekitar Tempat Suci tanpa kesulitan atau bahaya yang mengancam keselamatan mereka.

Jalur pejalan kaki terpanjang juga mencakup sekitar 57 papan pemandu untuk memandu peziarah saat mereka melewati Tempat Suci.

Ketika jamaah tiba di Muzdalifah, setelah meninggalkan Arafah, mereka harus bermalam di sana, di mana mereka melakukan sholat Maghrib dan Isya bersama dalam waktu singkat. Tidak diperbolehkan mempersingkat shalat Maghrib.

Para peziarah akan mulai mengumpulkan kerikil untuk melempari setan di Jamarat di Mina. Mereka akan tinggal di Muzdalifah hingga Selasa pagi di hari Idul Adha, kemudian kembali ke Mina.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network