Kisah Mantan Teroris Kelas Kakap, Bertaubat karena Pengorbanan Ibu

Eka Setiawan
Ilustrasi (Foto Istimewa)

“Ini adalah cerdasnya ISIS memanfaatkan medsos, terutama Facebook dan Twitter dipakai untuk merekrut target-target yang rentan. Medsos adalah ‘alat perang’ di era kemajuan informasi teknologi, jangan sampai kita bisa hindari perang tradisional, tetapi perang medsos tidak bisa kita hindari,”sambungnya.

Menurutnya, terorisme bukan monopoli satu aliran tertentu. Paham teroris bisa muncul dalam banyak aliran atau agama. “Bahkan, bisa menimpa kepada individu yang tidak beragama sekalipun,” tutupnya.

Dalam kesempatan itu, hadir pula dua narasumber lainnya dari mantan narapidana terorisme (napiter), yakni Hadi Masykur dan Munir Kartono. Hadi Masykur berangkat dari kelompok Neo Jamaah Islamiyah (JI) sementara Munir dari kelompok JAD.

Hadi Masykur menceritakan, dirinya aktif di organisasi lamanya selama 20 tahun, sebelum akhirnya ditangkap oleh tim Densus 88/Antiteror Polri. Selama itu pula, ia mengaku tidak memiliki waktu berkumpul dengan keluarganya.

Pikirannya menjadi terbuka ketika disadarkan melalui pesan dan pengorbanan dari sang ibu. Pendekatan dari ibunya membuat ia sadar akan langkah dan cara pandangnya selama ini tidaklah benar.

“Saya berpesan pada mahasiswa untuk memberikan ruang toleransi diri kita atas apa yang dilakukan orang lain, sehingga tidak muncul anggapan diri kita yang paling benar, yang lain salah,” katanya.

Editor : Chris

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network