"Kedua, terus berlanjutnya program PEN seperti KUR 3 persen, insentif bantuan tunai, dan insentif PPN-DTP (Ditanggung Pemerintah) yang dapat menjaga daya beli masyarakat," jelasnya.
Ketiga, tetap tingginya harga ekspor komoditas utama yang dapat mendorong penguatan produksi dan investasi.
Lebih lanjut, adapun faktor yang mendorong bias bawah yakni yang pertama pandemi Covid-19 yang belum selesai dan wabah penyakit baru yang berisiko menahan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Kedua, konflik geopolitik yang terus berlanjut dapat memperpanjang kebijakan proteksionisme pangan global sehingga kembali mengganggu rantai pasok dan mendorong kenaikan inflasi global.
"Ketiga, potensi perlambatan ekonomi negara mitra (a. Perekonomian Tiongkok yang terus menurun, b. Penurunan produksi industri manufaktur di Eropa terkait penetapan efisiensi gas) yang lebih dalam dan dapat berdampak pada permintaan dan mempengaruhi kinerja ekspor," ujarnya.
Keempat, konflik geopolitik yang berkepanjangan dapat mengakibatkan sikap investor yang wait and see dan cenderung berinvestasi kepada aset safe haven, dan yang kelima dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan penurunan harga komoditas utama, seperti CPO.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait