"Target kami dalam 25 tahun ke depan, jumlah penumpang di Kualanamu bisa mencapai 65 juta penumpang. Tak hanya itu, target kami di 2032, ada pembangunan run away yang kedua di Kualanamu," ungkapnya.
Kini, pihaknya masih ingin memperbaiki jumlah trafic penumpang yang ada di Kualanamu pasca pandemi Covid-19. "Melihat jumlah angka penebangan saat ini di Kualanamu memang belum bisa. Angkanya masih di bawah 10 persen dan belum kembali seperti sebelum pandemi," ujarnya.
Sebelum pandemi, jumlah penumpang di Bandara Kualanamu bisa mencapai 29 ribu orang. Tapi saat ini masih berada di angka 16-23 ribu orang.
Meskipun begitu, GMR Airports Consortium yang memiliki porsi sebesar 49 persen saham Angkasa Pura Aviasi bakal memberikan pengalaman mereka dalam mengembangkan bandara internasional. "Kami dapat (berbagi keahlian) dari GMR. (keahlian) India di bidang (teknologi informasi) sangat bagus. Juga terkait (pengalaman komersial) yang akan kami bangun di Kualanamu," katanya.
Tahun ini GMR Group mengelola setidaknya delapan bandara internasional di dua benua. Salah satunya adalah Bandar Udara Internasional Mactan-Cebu, yang merupakan bandara tersibuk kedua di Filipina. Porsi penumpang penerbangan internasional di bandara tersebut naik ke 33,85 persen pada 2019 dari 25 persen pada 2014—kira-kira lima tahun sejak perusahaan India itu mulai mengelola.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait