Sementara Dosen Fakultas Farmasi USU, Heni Sriwahyuni S Farm., M.Si menjelaskan, kandungan dalam zat Bisphonel bersifat berbahaya jika mengalami migrasi terhadap pangan olahan. Apalagi sifat dari zat Bisphonel ini juga bisa larut dalam air yang sangat berbahaya dikonsumsi masyarakat jika melebihi ambang batas lebih dari 0,6 bpj.
Selain paparan melalui makanan kemasan plastik dan kaleng, penyebaran Bisphonel juga bisa masuk melalui panca indra serta asupan makanan yang dikonsumsi.
"Sejak tahun 1997 sampai saat ini ternyata untuk pemakaian zat BPA kita telah melebihi ambang batas. Setiap tahun ada peningkatan 10 hingga 20 persen untuk untuk penggunaan air minum dalam kemasan. Terlebih zat Bisphonel ini juga bisa larut sebagian dalam air jika kondisi suhu udara di atas 23 derajat celcius," jelasnya.
Dalam kegiatan tersebut juga mengundang sejumlah produsen AMDK. Direktur Utama CV Himudo, Leiman mengaku pihaknya sangat mendukung upaya pemerintah dalam memproteksi kesehatan masyarakat guna terhindar dari paparan zat Bisphonel. Apalagi, saat ini CV Himudo telah bermitra dengan pihak ketiga selaku pemasok botol kemasan air minum yang telah memiliki sertifikat BPA free.
"Galon ini bukan kita yang buat, tapi pihak ketiga. Kita mewajibkan pihak ketiga itu mengeluarkan sertifikat of analisis dan harus ada sertifikat BPA free. Kita sudah memakai itu semua dan bagi perusahaan kita. Kita memakai great satu, dan tidak ada recycle," ujarnya.
"Kita mau cari win win solusi. Saya rasa dari balai POM dan pakarnya serta kami pelaku usaha duduk bersama dan cari tahu apa penyebabnya. Kalau ini, gak ada solusinya. Kalau dari segi perusahaan saya, berusaha beli bahan terbaik. Kita juga letak karpet sebelum galon itu diantar," sambung Leiman.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait