Dengan begitu, risiko penularan virus ke pasangan atau anak saat melahirkan dapat diturunkan secara signifikan. Saat infeksi HIV sudah berkembang ke tahap stadium 3 atau AIDS, harapan hidup penderita orang dengan AIDS (ODA) menurun drastis.
Sebab, penderita sulit memperbaiki sistem daya tahan tubuhnya. Saat waktu yang bersamaan, komplikasi penyakit lain seperti kanker atau pneumonia mampu membuat penyakit AIDS semakin parah.
Meski begitu, dalam beberapa kasus terapi antiretroviral berhasil memperbaiki kerusakan sistem daya tahan tubuh penderita AIDS. Banyak penderita AIDS yang dapat berumur panjang asalkan tidak memiliki komplikasi parah.
4. Cara Deteksi Penyakit HIV dan AIDS
Cara deteksi penyakit HIV dapat diketahui melalui tes sederhana seperti tes darah atau tes air liur. Dengan tes ini dapat dilihat ada tidaknya antibodi atau zat penangkal kuman alami saat tubuh diserang HIV. Untuk memperoleh hasil yang akurat, tes ini dilakukan beberapa minggu setelah penularan.
Selain itu, ada juga tes antigen untuk mendeteksi protein yang diproduksi virus dan antibodi saat tubuh sudah terpapar HIV. Tes tersebut dapat mendeteksi HIV beberapa hari setelah infeksi.
Sementara cara mendeteksi AIDS sedikit lebih rumit. Sebab, HIV merusak sel kekebalan tubuh yang disebut CD4, maka cara mengetahui penyakit ini dengan menghitung CD4.
Orang tanpa HIV umumnya memiliki 500 sampai 1.200 sel CD4. Sedangkan penderita AIDS hanya memiliki CD4 sejumlah 200 sel atau di bawahnya. Tak hanya itu, AIDS juga bisa diketahui saat pengidap mengalami infeksi oportunistik atau komplikasi penyakit.
Demikian 4 perbedaan HIV dan AIDS yang wajib diketahui dan sebagai tambahan ilmu terkait pemahaman penyakit menular satu ini.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait