3. Dipenuhi Lebih dari Dua Lusin Perempuan
Desa kecil ini, selain berisi rumah-rumah tinggal, juga dibangun beberapa fasilitas untuk menyokong kehidupan 30-an penduduknya. Sekolah, lahan bercocok tanam, toko-toko, dan beberapa bangunan pemerintahan yang semuanya akan dikelola oleh perempuan. Salah satu penghuni, Fatimah, berkata “kami bukan orang asing bagi satu sama lain, kami adalah perempuan yang tahu betapa beratnya menjadi perempuan.”
Meski merupakan “desa perempuan,” gerbang masuk Jinwar dijaga oleh dua tentara laki-laki yang bekerja dari pagi hingga sore. Pada malam hari, dua tentara ini akan berganti shift dengan para penjaga perempuan yang berpatroli di sekitar perimeter desa.
4. Menebarkan Benih-Benih Kemerdekaan
Di atas salah satu tembok bagian dalam desa, tertulis motto sakral yang dipercayai para perempuan Jinwar: “Sebelum perempuan bisa mengedukasi dan membela diri sendiri, tak akan ada kebebasan.”
“Kami harus membela tanah kami sendiri, bukan dengan senjata tapi dengan sekop. Kami yang membela, kami yang membebaskan, dan kami yang akan menjaga kebebasan ini sampai mati. Perempuan Jinwar tak akan meninggalkan tanah yang menyuburkan mereka,” ujar salah satu warga, Gavary, berapi-api.
Tak hanya ingin menjadi surga bagi korban kekejaman ISIS, Jinwar juga direncanakan memperluas jangkauannya ke seluruh Suriah, menyelamatkan para perempuan dari segala penjuru tanpa memandang asal mereka.
Editor : Odi Siregar
Artikel Terkait