Ini Sejarah Djamin Ginting, Hingga Menjadi Nama Jalan Terpanjang di Indonesia

krina sembiring
Patung Letjen Djamin Ginting di Kota Medan.

Dia berjasa dalam mendamaikan pertikaian antarlaskar perjuangan di Sumatra Timur. Perdamaian antalaskar sangat penting untuk menghadapi pasukan Belanda. Pada 21 Juli 1947 pasukan Belanda melancarkan agresi pertamanya ke seluruh wilayah pasukan Indonesia, termasuk ke Kota Medan.

Djamin kemudian memimpin perlawanan terhadap pasukan Belanda di Front Tanah Karo seperti Sibolangit, Pancurbatu, Tuntungan, Merek, dan Seribudolok. Di antara misi pentingnya yakni melakukan pengawalan perjalanan Wakil Presiden Mohammad Hatta dari Berastagi ke Bukittinggi. Pada saat itu, rute Berastagi–Bukittinggi telah dikuasai pasukan Belanda. Di bawah pengawalannya, wakil presiden selamat tiba di Bukittinggi dan selanjutnya terbang ke Ibu Kota Yogyakarta.

Terdesak oleh pasukan Belanda, Djamin Ginting memindahkan markas komando resimennya dari Suka ke Bukit Tusam, Lawe Dua, Tanah Alas, Aceh Tengah. Pemindahan ini sebagai persiapan untuk melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Belanda yang terpusat di Kota Medan dan kota-kota besar di sekitarnya. Perang gerilya merupakan perintah Panglima Besar APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) Jenderal Soedirman.

Perang melawan pasukan Belanda pada 1947 diakhiri dengan perundingan Renville yang ditandatangani pada bulan Januari 1948. Berdasarkan perjanjian Renville ini Tanah Karo hingga perbatasan Tanah Alas (Kutacane) dinyatakan sebagai daerah kekuasaan Belanda. Akibat perjanjian ini, pasukan Resimen IV TNI pimpinan Djamin mundur ke Kutacane, Aceh Tengah.

Sementara itu, Pemerintah Belanda membentuk negara-negara bagian untuk melemahkan Pemerintah Indonesia. Di antara negara bagian adalah Negara Sumatera Timur (NST) yang dibentuk pada 25 Desember 1947. Wilayahnya mencakup daerah kaya minyak dan perkebunan tembakau dan karet. Pendukung utamanya adalah para bangsawan Melayu, para raja Simalungun, kepala suku Tanah Karo, dan tokoh masyarakat Cina. Presiden NST adalah Dr Tengku Mansur.

Pembentukan NST menciptakan segitiga pasukan tempur di Sumatera Timur, yakni pasukan Indonesia, NST, dan Belanda. Namun pasukan NST seringkali bergabung dengan pasukan Belanda menggempur pasukan Indonesia. Pasukan Djamin Ginting merupakan bagian dari pasukan Indonesia yang berjuang di Sumatera Timur (kini Provinsi Sumatra Utara).

Perhitungan Panglima APRI, pasukan Belanda akan melancarkan agresi militernya yang kedua menjadi kenyataan. Pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan Belanda melancarkan agresi militer merebut Ibu Kota Yogyakarta dan seluruh kota-kota besar lainnya. Dalam agresi ini, pasukan Belanda berhasil menangkap Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta petinggi negara lainnya.

Panglima Soedirman tidak menyerah tetapi melanjutkan perjuangan gerilya dengan ke luar dari Ibu Kota Yogyakarta. Sesuai perintahnya, Djamin Ginting melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Belanda yang berpusat di kota Medan.

Editor : Odi Siregar

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network