Orang-orang berilmu bukan mengurusi batu-batu yang ada di kali, sebagaimana contoh di atas, namun batu ginjal pada orang-orang yang sakit. Karena ia memiliki ilmu kedokteran, maka ia mengetahui ilmu tentang batu ginjal dan bisa menyembuhkannya. Orang yang mengangkat batu setiap hari, sebagaimana contoh pertama di atas, upahnya paling banyak 50 ribu perhari.
Namun, orang yang memiliki ilmu dan ahli di bidang batu ginjal akan menghasilkan uang jutaan hanya dalam satu kali melakukan operasi, jauh di atas orang yang hanya mengurusi batu kali.
Dari sini, derajat orang berilmu berbeda dengan orang tak berilmu. Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadalah/58: 11:
…يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ…
Artinya: “…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadalah/58: 11)
Jadi, seseorang diangkat derajatnya oleh Allah karena imannya. Derajat orang beriman akan berbeda dengan orang-orang yang tak beriman. Setelah faktor keimanan, orang-orang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah. Contohnya adalah perbedaan antara seorang profesor dengan orang biasa ketika membicarakan konsep kenegaraan.
Seorang profesor akan mampu menjelaskan konsep kenegaraan hingga mengaitkannya dengan konsep lainnya, seperti ekonomi, teknologi, kebijakan publik, regulasi kenegaraan, dan sebagainya.
Bulan Ramadan adalah kesempatan untuk umat manusia untuk menambah ilmu, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Ilmu agama adalah salah satu bagian dari cara Allah menjadikan umat pintar.
Bagaimana caranya? Umat mesti berdoa agar Allah cinta kepadanya. Sebab, Allah jika sudah cinta kepada seseorang, maka Ia akan diberi kemampuan tentang pelajaran-pelajaran keislaman. Para ulama tersohor, ahli fikih, ahli hadis, semua dicintai Allah karena memiliki ilmu pengetahuan. Semoga Ramadan ini menjadi momentum umat Islam untuk memperbanyak menimba ilmu pengetahuan.
Editor : Odi Siregar