Perang dan Krisis Geopolitik, Ini Pengaruhnya terhadap Saham Global dan Domestik

Menurutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia juga tak luput dari tekanan. Namun, Indonesia memiliki keunikan karena didukung sektor komoditas yang justru bisa diuntungkan ketika harga komoditas global naik. Inilah sebabnya, meskipun sempat turun, IHSG pada beberapa periode perang berhasil pulih lebih cepat dibanding negara lain.
Adapun sektor usaha yang rentan adalah manufaktur berbasis impor. Kenaikan harga bahan baku dan pelemahan rupiah bisa menggerus margin laba. Lalu transportasi & logistik, terkena dampak kenaikan harga bahan bakar. Perbankan juga mengalami risiko kredit meningkat jika banyak perusahaan yang kesulitan membayar utang.
Sementara sektor yang diuntungkan adalah energi dan batu bara berkat harga komoditas global yang naik karena permintaan tinggi. Selain itu, perkebunan (CPO, karet) juga mendapat tambahan pendapatan ekspor. Lalu, logam dan mineral (nikel, tembaga) medapatkan dukungan permintaan global, khususnya terkait energi baru terbarukan.
Mengapa investor tidak perlu panik? Dalam jangka pendek, konflik geopolitik memang memicu volatilitas tajam. Namun, sejarah membuktikan bahwa pasar modal cenderung pulih dalam jangka panjang. Investor yang disiplin dan memiliki horizon investasi panjang justru bisa memanfaatkan koreksi harga saham sebagai peluang untuk membeli di harga lebih murah.
Penting bagi investor untuk fokus pada fundamental perusahaan, bukan hanya sentimen sesaat. Perusahaan dengan manajemen solid, model bisnis kuat, serta rekam jejak kinerja yang baik biasanya mampu bertahan bahkan berkembang di tengah gejolak. Investor perlu punya strategi investasi di tengah gejolak. Pertama, diversifikasi portofolio dengan cara tidak menaruh seluruh dana pada satu sektor atau satu jenis aset. Diversifikasi membantu meminimalkan risiko. Kedua, perhatikan valuasi. Saat harga saham turun, jangan langsung tergoda. Pastikan valuasi masih menarik secara fundamental.
Editor : Chris