Persoalan yang tidak kalah penting, juga turut menjadi ulasan dalam dialog, diantaranya membahas tentang Sumber Daya Alam (SDA) Humbang Hasundutan yang kini belum dimaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatannya, terutama bidang pariwisata dan pengembangan pertanian.
Pada kesempatan itu, Hendri Tumbur Simamora tidak menampik penilaian peserta dialog terkait layanan kesehatan yang belum maksimal di Humbang Hasundutan.
"Standar pelayanan kesehatan memang belum mumpuni. Oleh karena itu, kami akan mengaktifkan bidan desa di setiap kecamatan. Selain itu, setiap kecamatan harus memiliki mobil siaga untuk memberikan layanan kesehatan secara langsung. Kami juga akan mengusulkan adanya dokter motoris yang siap melayani warga yang sulit dijangkau," tegas Hendri.
Hendri juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas pendidikan di Humbang Hasundutan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya bagi mereka yang berada di kota kecamatan.
“Pendidikan tidak hanya bicara bangku sekolah, tetapi juga membangun SDM unggul di bidang ekonomi kreatif, budaya, dan olahraga. Langkah yang perlu ditempuh adalah membangun sekolah vokasi yang berfokus pada pengembangan pertanian, serta memberi nilai tambah pada hasil pertanian local,” ujar Hendri.
Produk tomat misalnya, akan dikemas menjadi saus dalam upaya meningkatkan nilai jual. Biaya produksi harus dapat ditekan agar memberikan keuntungan bagi petani.
“Kedepan, jangan ada pembenaran lagi soal harga pasar yang turun hingga membuat petani merugi. Itu lepas tangan namanya. Pemerintah harus bertangungjawab, terutama menekan biaya pokok produksi, baik itu menjamin keberadaan pupuk tepat waktu, harga yang sesuai dengan aturan pemerintah, kalau itu pupuk bersubsidi, penyuluhan masa tanam hingga bagaimana menjamin hasil panen dapat diserap pasar. Jika itu tidak dilakukan secara konprehensif dan menyeluruh, masyarakat petani akan terus merugi,” papar Hendri.
Selama ini, tambah Hendri, masyarakat petani terjebab pada harapan agar hasil panen dapat dijual dengan harga tinggi. Pemikiran seperti ini memang sengaja diciptakan olah pihak tertentu, untuk meredam kekecewaan masyarakat petani akibat harga jual hasil panen tidak memuaskan.
“Bukan pada nilai jualnya. Harga telah ditentukan oleh suplay dan demans. Permintaan kebutuhan dan ketersediaan barang. Ini hokum ekonomi. Hal paling penting adalah bagaimana menciptakan biaya produksi ringan atau setidaknya pada kisaran wajar,” ulas Hendri.
Editor : Chris