Mengapa Kau kabulkan, padahal permintaan Adam bisa mencelakakannya? Katanya Engkau cinta?
Justru itulah cinta sejati. Aku memberikan pilihan bebas dalam kehendaknya. Aku kabulkan meskipun itu bisa mencelakakan. Seperi ibu yang tak tega anaknya merengek meminta minuman dingin, meskipun itu bisa membuatnya sakit. Lalu aku ciptakan hawa dari sebuah tulang sebelah kiri, yang aku cabut dan ikut bersamamya niat yang condong kepada iblis. Pada mulanya bentuk mereka sama. Dan aku berfirman padanya:
Aku adalah Tuhan mu, kau Adam adalah imam dan kau hawa adalah makmum. Aku tinggikan kamu satu tingkat lebih tinggi dari hawa. Aku ciptakan kalian hanya untuk menghibur Ku. Kau harus melayaninya seperti melayani Aku, dan kau Hawa harus patuh padanya sebagai kau patuh pada Ku.
Kau tinggalkann Adam begitu saja dengan Hawa?
Tidak, demi Cinta ku, aku tetap menjaganya. Aku tiupkan diri Ku yang lain pada dadanya tanpa sepengetahuan mereka bertiga; malaikat, iblis dan adam.
Dimana Kau berada?
Aku ada, tersembunyi dalam dada Adam dan Hawa. Aku ingatkan Adam dan hawa, sepanjang mereka mengikuti Aku dalam dirinya, mereka akan selamat.
Dimana itu?
Hati.
Dimana itu?
Ada dalam diri mu. Kau sudah menemukan, kau mengetuk pintu itu berkali kali dan bersimpuh di depan gerbang, tanpa bergeming. Aku membawa mu kesini. Kabarkan pada mereka yang kebingungan tapi ingin mencari Ku. Katakan, pertolongan sebenar lagi datang. Bersabarlah.
Mengapa Engkau sulit ditemukan?
Iblis yang tahu pembicaraan rahasia itu, lantas mengelilingi hati manusia. Ia menyaru menjadi niat. Menghijab Adam dari diri Ku, ia tak akan pernah bisa masuk dalam istana Ku. Tersembunyi pada lapisan ke tujuh. Ia, Iblis akan terbakar oleh dirinya sendiri bila memasuki istana Ku. Maka ia hanya mengelilingi sebagaimana putarkan putaran tawaf.
Iblis yang tahu kehendak bodoh Adam, yang menirunya bertaruh dengan ku seperti hidup kembali. Ia dengan ilmu Ku, mampu mengalah malaikat yang setia dan tulus melayani Adam dan Hawa. Pada diri Adam adalah sifat sifat Ku. Mereka hidup bahagia, sampai kemudian Adam melampaui batas. Atas nama kasih dan sayang, ia terbujuk oleh Hawa untuk memetik buah Quldi.
Iblis mengatakan itu adalah buah paling nikmat, dan memakannya akan membuat mereka berdua abadi di surga. Adam bertanya pada Ku, apakah pernyataan Iblis benar? Aku membenarkan, buah itu adalah sejatinya kenikmatan dan kebahagiaan abadi. Tapi sudah Ku ingatkan, bersabarlah, sampai Iblis menyerah pada pertaruhannya.
Dia bercerita, Adam melayani Hawa sebagai ia melayani dirinya. Ia terus bersyukur atas terkabulnya doa itu. Dan itu perlahan menyiksa Iblis, membuatnya kurus kering dan putus asa, sampai kemudian ia tahu, rasa syukur atas kenikmatan itu melenakan, dan terciptalah lupa. Ya, iblis kembali pada godaan paling awal agar Adam bersabar menunggu.
Sepasang kekasih itu, yang dimabuk asmara atas nama cinta, yang sebetulnya nafsu melupakan janji setia keduanya untuk tidak boleh mendekati pohon itu, apalagi memakan buah itu. Sementara, iblis berhasil merayu mereka dengan angan angan atas kebahagiaan abadi.
Apa yang terjadi?
Adam dan Hawa memakan buah itu, membuat keduanya mabuk dan lupa. Sebab, setelah memakan buah itu, maka wujud adam dan hawa berubah dari asal ciptaan Ku. Buah itu sepasang, pada hawa menjadi sepasang dada, dimana disitu ada sumber makanan untuk hidup, dan pada adam menjadi buah zakar, sumber penciptaan. Perbuatan mereka sungguh menjijikan, bersenggama di altar suci di bawah pohon kehidupan. Iblis tertawa, malaikat menangis sementara Adam dan Hawa menyesal, bersujud meminta ampun.
Aku tercengang dan tertegun. Bagaimana bisa mereka terlena, terbujuk iblis yang lemah, padahal ada Aku dalam dirinya. Aku murka, aku usir Adam dan Hawa dan aku turunkan mereka ke surga paling bawah, seburuk buruknya tempat seperti jamban. Aku titipkan pada Adam, untuk menjaga dan melestarikannya. Kiamat sudah ku tetapkan, tapi anak cucu dialah yang menghidupkan.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta