Malaikat akhirnya percaya, setelah Adam mampu membuktikan ketetapan Ku, ia lebih baik dari mereka berdua. Iblis yang pada dirinya mengakui kecerdasan Adam menolak untuk percaya, sebab itu tidak masuk akal. Bagaimana hasil akhir lebih baik dari asal. Bagaimana mungkin, murid lebih pintar dari guru. Iblis, dirinya tidak punya hati, makanya selalu mengandalkan akal. Cara berpikir iblis itu linier, kalau begini pasti begitu dan seterusnya. Kebenaran baginya adalah tunggal dan harus nyata. Magic word Iblis adalah POKOKNYA!
Mengapa tak kau hukum saja Iblis saat itu?
Aku tidak mungkin melanggar janji. Alam makrifat adalah surga, tak ada kekejian dan laknat disana. Surga adalah intisari kebaikan, dan bahasa disana adalah salam. Maka aku tanya Iblis, mau mu apa?
Apa jawaban dia?
Dia makhluk paling pintar yang kemudian menjadi mahluk paling bodoh. Ia memilih bertaruh, berjudi pada Ku. Ia akan membuktikan keputusan Ku salah. Tapi ia meminta waktu, dan aku berikan itu. Iblis selalu menggoda Adam, tetapi tidak pernah bisa. Mereka tinggal di surga, bertiga, mereka menghibur ku, dan Aku benar, semakin lama Adam lah yang paling bisa menghibur ku. Adam mendapatkan cinta Ku.
Iblis adalah mereka yang gampang putus asa. Ia hampir kalah, sampai Adam membuat kehendak bodoh, ia kesepian dan meminta teman. Katanya, malaikat yang baik dan taat melayani, dan iblis yang cerdas dan mengagumkan tak pernah bisa membuatnya bahagia. Ia ingin berteman dengan mahluk sepertinya, kenikmatan surga tak pernah bisa menghilangkan kesendirian, dan itu penderitaan sesungguhnya. Ada rasa yang ganjil, dan tak sama.
Lantas apa jawaban Mu pada adam?
Aku memahami dan merasa apa yang dirasakan Adam. Aku sudah katakan, dengan penderitaan itu ia akan selamat. Ia hanya perlu bersabar, sampai Iblis menyerah mengakui kesalahannya.
Mengapa Adam tak percaya pada Mu?
Ia meniru Iblis, bertaruh pada Ku. Ia berjanji tak akan pernah melupakan Aku, apabila Aku mengabulkan permintaanya. Aku sudah mengatakan engkau tak akan bisa. Adam terus meminta Ku. Karena cinta Ku padanya, aku kabulkan dengan satu syarat, ia harus kembali bersabar untuk tidak memakan satu buah yang ku haramkan, namanya buah Quldi. Ia adalah buah paling nikmat yang ada di cabang pertama.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta