"Media pembelajaran yang digunakan adalah benda-benda yang dapat diraba dan tidak membahayakan," katanya, Rabu (4/1/2023).
Kata Vellin, tahapan yang digunakan pada PKL 2 merupakan tahapan umum atau general yang tidak terbatas pada ruang lingkup praktik. Agenda awal melakukan analisa terlebih dahulu pada aktiftas setiap individu dengan mengikuti setiap kegiatan. Agenda ini juga sebagai tahap assessment yaitu untuk pengenalan dan mengetahui permasalahan atau kebutuhan setiap anak. Kemudian pada tahap-tahap selanjutnya dilakukan perencanaan program di mana juga mengikutsertakan para pendamping di sekolah untuk menyesuaikan dari kemampuan setiap anak. Pada paruh waktu dari berjalannya PKL maka dilakukanlah pengembangan dan pelaksanaan atau intervensi berdasarkan dari hasil perencanaan yang ada serta kebutuhan anak yang dilalui prosesnya tidak lepas dari pengawasan pihak yayasan.
"Intervensi ini tidak hanya berfokus untuk menciptakan program baru, namun juga untuk pengembangan maupun pelatihan kemampuan yang telah ada pada anak, seperti dengan memberikan isyarat suara untuk meningkatkan sensitivitas pendengaran mereka. Kemudian pada tahap akhir, dilakukanlah terminasi yaitu pemutus hubungan formal. Tahap terminasi ini dilaksanakan bersamaan sebagai penutupan kegiatan PKL di Yayasan Pendidikan Dwituna Harapan Baru Kota Medan," ujarnya.
Melalui agenda Orientasi Mobilitas (OM) yang pada isinya merupakan kegiatan yang dilakukan di luar ruangan dengan tujuan untuk melatih penggunaan tongkat serta melatih pengawasan anak pada dunia luar, agenda ini membuka pengetahuan bagaimana cara yang baik dalam membimbing teman tuna netra dalam berjalan menggunakan tongkat.
"Arahan yang diberikan harus jelas dan mudah dimengerti, seperti dengan mengatakan di sebelah kanan/kiri terdapat mobil atau benda sehingga sang anak akan lebih berhati-hati dalam menggerakkan tongkatnya," ucap Vellin.
Editor : Jafar Sembiring