MEDAN, iNewsMedan.id - Bank Sentral AS atau The FED diindikasikan kuat akan tetap menaikkan suku bunga acuan secara agresif pada pertemuannya di bulan mendatang. Kebijakan tersebut membuat US Dolar kembali lebih menarik seiring dengan imbal hasil yang dijanjikan oleh mata uang US Dolar. Hal tersebut membuat harga emas mengalami tekanan hebat selama sepekan terakhir.
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, harga emas dunia saat ini ditransaksikan dikisaran level $1.702 per ons troynya. Melemah selama sepekan terkahir. Kalau dirupiahkan harga emas dijual dikisaran Rp818.000 per gram.
"Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS menjadi pemicu utama pelemahan harga emas tersebut. Hal ini diperkirakan tekanan harga emas masih belum akan mereda. Selama Bank Sentral AS terus masih akan menaikkan besaran bunga acuannya. Bahkan di proyeksikan akan berlanjut hingga tahun 2023 mendatang," katanya di Medan, Sabtu (3/9/2022).
Gunawan menjelaskan, potensi tekanan pada harga emas masih akan berlanjut. Setidaknya sampai ekspektasi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS mereda nantinya. Apalagi, belum bisa dipastikan kapan ekspektasi tersebut akan terlihat. Karena, sejauh ini kemungkinan kenaikan bunga acuan Bank Sentral masih terlihat, dan belum menunjukan adanya potensi mereda.
"Sementara itu, kinerja mata uang Rupiah selama sepekan terpantau mengalami tekanan. Rupiah di akhir pekan ini ditransaksikan dikisaran level 14.900 per US Dolar. Melemah jika membandingkan kinerja diakhir pekan lalu yang masih berada dikisaran 14.816 per US Dolarnya. Tren pelemahan Rupiah juga salah satunya dipicu oleh rencana kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS tersebut," jelasnya.
Editor : Jafar Sembiring