"Hadirnya kelompok Sanggar Seni yang bermarkas di Silangit Tapanuli Utara yang diprakarsai oleh saya ini tak terlepas dari refleksi dan pandangannya terhadap warisan budaya Suku Batak yang mulai luntur dipertunjukkan dalam acara adat Batak," kata Marala Situmorang, Rabu (24/8/2022).
Sejak usia dini, Marala mengaku sangat tertarik dengan kebudayaan Batak ditambah lagi dulu ia sering melihat kakeknya yang seorang budayawan manortor dan melakukan kegiatan-kegiatan ala kebudayaan Batak. Hal ini menambah rasa kecintaan Marala kian kuat pada budaya batak. Kecintaan Marala pada Budaya Batak ia tunjukkan dengan membentuk kelompok Sanggar Seni pada 3 September 2021 lalu di Silangit Tapanuli Utara dibantu oleh rekan-rekannya.
Lestarikan Kearifan Lokal, Mata Roha Konsisten Kembangkan Seni Tari dan Bela Diri dari Tapanuli. (Foto: Istimewa).
"Kakek saya dulu semasa hidupnya adalah seorang Budayawan. Dia sangat piawai dalam manortor dan juga bela diri mossak, mampu menggunakan Sordam untuk mencari atau memanggil kembali orang hilang, dan mampu memindahkan jatuhnya air hujan ke tempat lain, ungkap Marala.
Selain itu, Marala Situmorang juga mengungkapkan bahwa perjalanan nya membentuk kelompok sanggar seni bermula saat dirinya beserta keluarga melakukan napak tilas ke salah satu gunung yang sakral di Kabupaten Samosir yakni Gunung Ulu Darat.
"Saat itu saya dan keluarga pulang ke tanah kelahiran di Sabulan, namun siapa sangka perjalanan tersebut juga membawa kami untuk melakukan napak tilas ke Gunung Ulu Darat. Di sepanjang perjalanan, namboru (bibi) saya yang sudah berusia 76 Tahun menceritakan apa itu Ulu Darat. Usai mendengar cerita namboru (bibi) saya dan usai melakukan napak tilas, sejak saat itulah saya berdoa dan melakukan semedi agar dapat ditunjukkan wahyu dalam melestarikan warisan budaya Batak dan dapat mewujudkannya," jelas Marala.
Editor : Jafar Sembiring