Cinta sepihak merupakan cinta tanpa balasan dari sang pasangan. Hal ini tentu pernah dirasakan oleh banyak orang. Namun, bagi sebagian orang, cinta sepihak tersebut bukan menjadi masalah.
Nah, sebenarnya hubungan cinta semacam ini tidaklah sehat. Namun tak semua orang mampu melepaskan diri dari jeratan cinta sepihak.
Dikutip dari dari Times of India, berikut lima alasan mengapa kamu rela bertahan dalam hubungan cinta sepihak?
1. Kamu tak tahu caranya melepaskan
Kamu merasa bahwa kamu mencintainya. Namun dia tak mencintaimu, meskipun dia kekasihmu. Kamu nyaman bersamanya meski usaha yang diberikan untuk sekedarnya. Kamu tak tahu bagaimana cara melepaskannya dan susah move on.
2. Pernah punya hubungan toxic sebelumnya
Sulit untuk melepaskan diri dari hubungan tidak sehat yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup Anda. Hubungan masa kecil Anda, terutama dengan orangtua juga berpengaruh dengan kisah asmara.
Jika orang tua Anda tidak cukup memvalidasi perasaan Anda, dan tidak cukup memberikan kasih sayang, itu bisa menjadi alasan mengapa Anda terus mencari cinta dari mereka yang tidak membalas cinta Anda.
3. Kurang self love
Orang yang susah melepaskan diri dari hubungan toxic biasanya kurang self love atau kurang mencintai diri sendiri. Akibatnya kamu kurang fokus kepada diri sendiri dan malah sibuk bucin. Perilaku ini bisa membuat kamu kesulitan memiliki masa depan yang bahagia dengan pasangamu.
4. Takut sendirian
Terlalu takut sendirian dan tak punya kekasih membuatmu bertahan dalam cinta sepihak. Padahal itu sangat tak membahagiakanmu. Coba renungkan, aapa kamu masih bahagia dengannya? Mengapa takut sendirian? Mungkin bisa mencari bantuan psikolog.
5. Menyukai fase jatuh cinta
Kamu mungkin menyukai gagasan tentang jatuh cinta pada seseorang, tetapi pikiran untuk menjalin hubungan dan menyelesaikannya dengan pasangan selama masa-masa sulit membuatmu merasa takut.
Jika ingin memiliki hubungan cinta yang sehat tak ada salahnya menjadi jomblo dan berani menyelesaikan masalah personal sendirian atau dengan bantuan psikolog.
Editor : Odi Siregar