TAPTENG, iNewsMedan.id - Malam itu, Selasa 24 November 2025 di Adian Koting, Tapanuli Utara, berubah menjadi palung sunyi yang menelan segalanya. Di tengah dingin dan kelelahan setelah perjalanan panjang dari Medan, Sertu Rio Prasaja (42), anggota Kodim 0212/Tapsel, justru menjadi saksi hidup sekaligus korban dramatis dari longsor susulan yang mematikan.
Rio, bersama istrinya dan putra bungsunya yang berusia 1,5 tahun, terpaksa putar balik. Jalan pulang menuju Sidempuan terputus total. Mereka mencari perlindungan setelah putranya lapar.
"Dapatlah warung rumah kakak ini," kenang Rio. Setelah makan sebentar, rencana awal mereka adalah menginap di Koramil Adian Koting.
Namun, kebaikan hati pemilik warung membuat mereka memutuskan bertahan. "Pemilik warung minta ya sudah istirahatlah di sini dulu," ujarnya.
Malam semakin larut. Di atas pukul 23.00 WIB, Rio memutuskan tidur di mobil. Tak lama berselang, ia tersentak oleh teriakan minta tolong. Lokasinya tak jauh dari tempatnya parkir.
Sebagai seorang prajurit, Rio refleks keluar membantu. Ia menggunakan lampu mobil sebagai penerangan untuk menolong korban longsor awal. Setelah berkoordinasi dengan Polsek setempat untuk melanjutkan evakuasi keesokan harinya, Rio kembali ke rumah warga yang mereka tumpangi untuk berganti pakaian.
Saat itulah, suara mengerikan mulai terdengar. "Saya mendengar lima kali gemuruh, tapi tidak ada longsor saat dilihat keluar," ujar Rio.
Firasat buruk membuatnya segera membangunkan semua orang yang beristirahat di rumah itu. Ia bergegas meraih putranya. Gemuruh keenam datang tanpa aba-aba, namun kali ini disertai kedatangan tanah dalam jumlah besar.
"Saya pegang anak, terus gemuruh ke-6 langsung datang tanah. Anak saya yang saya pegang tidak tahu terlempar ke mana. Saya juga terhempas, tahu-tahu sudah setinggi leherlah tanah menimbun saya," kenangnya.
Napas Rio segera sesak. Ia mencoba mengangkat tangan, mencari cahaya, mencari harapan. Di tengah kegelapan, ia melihat senter penerangan dari masyarakat. Ia berteriak meminta tolong.
"Saya berdoa, ya Tuhan kalau ada kekuatan saya tolong kuatkan saya, jika tidak saya ikhlas dengan nyawa saya," bisiknya dalam hati. Dengan sekuat tenaga, ia mulai menggali tanah yang menutupi dirinya menggunakan kedua tangannya.
Bantuan datang. Anggota Koramil dan Polsek segera menjangkau dan mengeluarkan Rio dari timbunan lumpur. Saat dievakuasi, tragedi kembali menghantam batinnya.
"Kaki saya ada tertimpa satu tangan, mungkin itu istri saya atau kakak atau adik saya," ujarnya lirih. Dalam kondisi lemas, Rio tidak tahu apakah pemilik tangan itu masih bernapas atau tidak. Ia segera dilarikan ke gereja terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
Kini, Sertu Rio Prasaja selamat, namun jiwanya tersisa di tumpukan tanah longsor. "Saya ikhlas, tapi kalau bisa dapatlah jenazah keluarga saya dan orang yang rumahnya kami tumpangi semoga juga dapat," harapnya.
Pencarian terhadap istri, anak, dan tiga saudaranya yang turut bersamanya, serta pemilik rumah yang berbaik hati menampung mereka, kini menjadi fokus utama tim SAR di Adian Koting.
Editor : Jafar Sembiring
Artikel Terkait
