MEDAN, iNewsMedan.id – Lonjakan kasus gagal ginjal di Indonesia mendorong BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah I dan Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara (USU) memperkuat deteksi dini Penyakit Ginjal Kronis (PGK) lewat Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Kolaborasi ini difokuskan di Kota Medan dengan sasaran utama penderita diabetes dan hipertensi—dua kelompok paling berisiko mengalami kerusakan ginjal.
Peneliti USU sekaligus Ketua Umum Persatuan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), Isti Ilmiati Fujiati, menjelaskan pemeriksaan Prolanis wajib dilakukan dua kali setahun. Tujuannya untuk memastikan hasil diagnosis akurat dan menangkap gangguan fungsi ginjal sejak dini.
“Pemeriksaan pertama sering dipengaruhi dehidrasi, obat, atau tekanan darah yang fluktuatif. Pemeriksaan kedua tiga hingga enam bulan kemudian menjadi penentu apakah gangguan ginjal bersifat menetap,” ujar Isti, Selasa (11/11).
Isti menambahkan, riset timnya bersama BPJS juga melahirkan model Prolanis Jempol—intervensi berbasis bukti yang menggabungkan pemeriksaan klinis, edukasi, dan perubahan perilaku peserta. Melalui pendekatan “7 Keterampilan Perawatan Diri”, peserta dilatih menjaga pola makan, beraktivitas rutin, memantau gula darah, patuh minum obat, mengelola stres, dan menghindari komplikasi.
Hasil awal menunjukkan peserta yang aktif menjalani pemeriksaan dan mengikuti kelas edukasi mengalami penurunan tekanan darah, stabilitas fungsi ginjal, serta perlambatan kerusakan organ.
Editor : Ismail
Artikel Terkait
